Senin, 27 Februari 2012

februari 2012,

Februari, lalu Maret, lalu April....

Sebentar lagi tepat setahun kejadian menyakitkan itu. Aku masih sangat ingat muka Babi yang babak belur, berdarah-darah. Aku masih ingat, betapa paniknya aku saat turun ke dapur, memecah es batu sambil menahan tangis. Aku membungkus bongkahan es batu, membawanya naik ke sofa depan, lalu mengompres lukanya. Di depan Babi, aku nggak boleh menangis. Aku bahkan memaksakan diri untuk tertawa.

Aku ingat, beberapa minggu setelahnya aku seperti orang bodoh. Bolak-balik Kota Barat, duduk di samping Babi sementara teman-teman kami bergiliran mengunjungi Babi yang memang sengaja dikurung di rumah demi keselamatan dirinya. Aku ingat, aku jadi sangat sering ke rumahnya. Dan aku nggak boleh menangis, nggak boleh terlihat lemah, padahal setiap tamu yang datang menjenguk Babi selalu menanyakan kronologis kejadian menyakitkan itu. Aku memaksa diri untuk nggak menitikkan air mata saat mendengar Babi menuturkan semuanya.

Malamnya, ketika aku sendirian di kamar kost, atau di rumah Sahabatku Muk, Husky (yang waktu itu masih menjadi temanku) menelpon untuk sekedar mendengarku menangis lama. Bulan yang berat sekali, tapi sama sekali nggak merubah perasaanku ke Babi.

Entah sejak kapan, aku mulai berbaik sangka pada Tuhan. Putus asa? entah apa namanya. Ikhlas? Undefined lah... Aku ingat Ayah yang bersumpah nggak akan merestui pernikahanku kalau sampai aku menikah dengan seorang non-muslim. Aku sendiri nggak punya keberanian untuk itu. Hey... menikah bukan perkara mudah. Sholat sendirian dan nggak bisa menemani Babi ke gereja menciptakan kegetiran tersendiri. Sakit. Dan menjalaninya seumur hidup? Aku nggak mau. Mengecewakan Ayahku? jelas aku nggak mau. Aku cinta Babi, tapi aku lebih cinta Ayahku.

Entah sejak kapan, aku yakin Tuhan akan menjaganya. Sebab Tuhanku, meskipun ia tak menyembahNya, adalah Tuhan yang baik. Mana ada Tuhan jahat pada hambaNya?? Yang ada hanyalah keterbatasan otak manusia untuk mencerna kompleksitas kasih sayangNya.

So, kalaupun aku masih suka menangis, atau Babi yang masih begitu tak terima atas perlakuanku padanya dan membenciku, aku cuma bisa berdoa semoga kami, manusia, diberi kesadaran bahwa semua yang Dia takdirkan adalah demi kebaikan kami. Semoga kami berdua lekas mengerti dan menerima.

Aku memutuskan berpisah bukan karena masalah agama. Ini bukan tentang agama, tapi keyakinan. Sebab aku meyakini, bahwa aku membutuhkan Imam baik dalam sholat maupun berumah tangga.

Kalau Babi masih rajin ke gereja, semoga dia juga menemukan pendamping yang baik saat misa. Atau apalah, terserah Tuhanku YME.

Jumat, 24 Februari 2012

Saat Merasa Lelah Hidup

Inet Kantor Lemot lagi, dan ini artinya aku bisa menulis ceritaku semalam.

Okey…aku sekarang hidup sendiri. Cari makan dan mengurus tempat tinggal sendiri. Walaupun suaka-ku  masih sebatas satu ruang ukuran 3x3, tapi aku mencoba membuatnya senyaman mungkin. Di saat aku berusaha hidup mandiri, sebuah ujian datang menyambangi keluarga yang kutinggalkan. Tak perlulah kujelaskan, tapi ujian hidup yang melanda Ayah dan Ibuku membuatku stress. Kenapa? Sebab aku anak pertama. Dan aku merasa ada tanggung jawab moril terbeban di pundakku.

Stuck. Tak ada ide, tak ada inspirasi membuat pekerjaanku macet. Aku pusing dalam arti sebenarnya. Di saat seperti itu, logikaku mandeg, emosiku meledak, dan aku menumpahkannya ke Husky. Aku manja, egois, dan memaksanya untuk berada di sisiku saat itu juga. Padahal Husky ada jadwal latihan. Kami benar-benar bertengkar sampai menangis. Syukurlah, pertengkaran selesai sore itu juga. Berakhir dengan kata maaf dan sama-sama berjanji untuk berusaha menjadi lebih pantas dicintai. 

Mataku masih bengkak, tapi aku terpaksa berangkat ke Kedai Nusantara (aku berniat batal datang, tapi seorang teman sudah berada di sana dan menungguku). Ada bedah buku “Membunuh Indonesia” karya Abhisam DM yang mengangkat wacana industri kretek/rokok. Atau lebih tepatnya lagi mengulas neo-kolonialisme Amerika-Eropa. Pembicaranya gayeng. Yah..tema memikat yang tak akan bisa kutolak jika saja aku dalam kondisi normal alias tidak sedang kacau jiwa raga. Tapi toh aku berangkat juga walau setengah hati, demi kawan. 

                Acara ini menghadirkan tiga pembicara yaitu:
1.       Mohamad Sobary (Budayawan)
2.       Prof.Dr. H. Susetiawan (Guru Besar Fisipol UGM/Komisi Politik PW NU DIY)
3.       Abhisam DM (Penulis)
Moderator : Drs. Octo Lampito, M.Pd (Pemimpin Redaksi Kedaulatan Rakyat)

Awalnya aku memang merindukan idealisme-idealisme masa muda dulu. Saat dimana aku berapi-api menghujat pemerintah. Saat dimana aku bergabung dengan organisasi pemuda, menentang pemerintah, turun demo ke jalan. Yah…itu dulu semasa SMP-SMA dan semua karena ajakan Ayahku. Aku rindu diskusi-diskusi tentang masa depan bangsa. Sesuatu yang sudah lama kutinggalkan dengan dalih ‘sikap realistis’. Realistis sebab aku harus sibuk mencari uang untuk makan. Padahal faktanya aku menerjunkan diri ke dunia hedon dan menikmatinya. Awalnya itu, aku cuma ingin tahu apa aku masih sekritis dulu. Ya, aku merindukan masa dimana tulisanku dibredel pihak sekolah dan sejak saat itu aku sentimen terhadap politik praktis. 

Awalnya, aku cuma ingin bernostalgia. Tapi ternyata hatiku masih terluka dengan ujian berat yang ditimpakan Tuhan pada keluargaku. Ternyata otakku masih setengah tidur kelelahan, jiwaku lah yang melek total. Grundelan Noe Letto dan lagu-lagunya lebih terekam daripada pidato anti-neo kolonialisme Kang Sobary yang berapi-api dan penuh pisuhan itu.

Noe bercerita tentang beberapa hal yang menginspirasinya. Dia bercerita tentang rasa bosan hidup, rasa putus asa terhadap masa depan Bangsa Indonesia, dan akhirnya berhasil bangkit lagi. Semuany tertuang dalam lagu-lagu yang dia nyanyikan… ‘Layang-Layang’ (malam tadi dinyanyikan oleh Doni ex Seventeen dan suaranya…duh Gustii…bagusss banget!), ‘Sampai Nanti Sampai Mati’, ‘Sandaran Hati’, ‘Cinta Bersabaralah’ dan beberapa lagu lain yang aku gak hafal judulnya. Noe, bercerita tentang kehidupan, tentang spiritualitas, tentang keTuhanan, tentang harapan terhadap Bangsa. Nice! Nggak seperti band lain yang menjual lirik percintaan dua manusia. Cinta yang digarap Noe jauh lebih besar, lebih universal, bahkan cenderung Surgawi. Kawan dudukku bilang, “Lirik lagu Letto nggak akan bisa dimaknai dengan sekali dengar. Butuh berkali-kali denger baru bisa memaknainya.”

Kemarin sore aku berniat utk menyerah. Lalu malamnya nonton LivePerform Letto..setelah menyanyikan 2 lagu, Noe mengajak audience membaca Al-Fatikhah Demi Bangsa lalu lanjut nyanyi lagi... Aku melihatnya sebagai filosofi. Dalam setiap lirik lagu Letto selalu terkandung pesan spiritualisme..yup..hidup hrus selalu dg spiritualisme dan ketika merasa lelah, berhenti sejenak.. lebih mendekat pd Sang Pencipta..lalu lanjut lagi.. Sampai Nanti, Sampai Mati.... #TentangSemalam

Aku mencoba merekam dan membaginya lewat status Facebook, ah tapi sepertinya tak cukup. Masih banyak lagi grundelan yang nyentil di hatiku. Noe bilang, Cinta Tuhan itu bermanifestasi dalam dua bentuk yaitu cahaya dan waktu. Cahaya adalah perwujudan benda, dan ketika kita menyia-nyiakan waktu, artinya kita menyia-nyiakan cinta dari Tuhan.

Tuhan, terima kasih telah melangkahkan kakiku ke Kedai Nusantara semalam. Ternyata Kau ingin mengingatkanku untuk tak putus asa atas rahmatMu, dan bahwa Kau ingin mengingatkanku bahwa ada banyak orang di luar sana yang bisa kembali bersemangat. Cukup berjuanglah sekuat-kuatnya, untuk hasil percayakan padaMu… dan bila aku lelah, yang kuperlukan hanya beristirahat dalam pelukanMu. Tuhan, sekali lagi terima kasih untuk semalam. :)

Ps: Menjumpai Tuhan di warung kopi lagi ya :D

Rabu, 22 Februari 2012

Ketika Kesabaran Sedang Diuji

Pas buka fesbuknya Husky, dia habis upload gambar. Aku liatin agak lama dan tertawa. Aku ingat kebiasaannya memasak mie tengah malam.... Mie Sedap Rasa Coro? :DD

Senin, 20 Februari 2012

Strategi Promosi Buku yang Unik dan Menarik

Iseng menyiapkan bahan untuk website kantor, aku menemukan video review buku yang diupload oleh salah seorang penulis. Aku menontonnya, siapa tahu aku punya ide untuk tulisanku selanjutnya. Well,secara teknis, aku suka video ini. Walaupun secara tema, nggak gue banget lah! Buku bertema percintaan terlarang dan pastinya menye-menye.

Sedikit menjelaskan, si penulis adalah seorang penulis newbie yang menerbitkan bukunya secara self publishing dan itu berarti dia tak mendapat support dari penerbit untuk mendistribusikan karyanya. Review buku dengan video macam ini sangat menarik dan pantas dicoba.

       

ada satu lagi nih...


Kamis, 16 Februari 2012

PERLUKAH KITA MENIKAH?



Apa judul di atas terlalu controversial? Aku nggak bermaksud mengundang FPI untuk datang mengunjungi blog ini. Aku cuma ingin berbagi kisah tentang seorang perempuan selain aku. Silakan simak kisahnya:

Sebut namanya Maya. Dia seorang perempuan energik, manis, dan menarik. Dia tak cantik, tapi lelaki jalang yang menatapnya bisa langsung membayangkan ranjang. Maya tak pernah menghendaki punya wajah seperti itu. Tapi apa boleh buat, dia hanya bisa berpakaian sesopan mungkin agar terhindar dari godaan-godaan kurang ajar. 

Maya seorang pekerja keras. Dia lulus universitas pada usia 21 tahun, dan langsung diterima bekerja di sebuah perusahaan nasional. Tidak sampai setahun, dia sudah diangkat menjadi staff manajer di kantornya. Gajinya melonjak tinggi. Dia sudah bisa mengontrak rumah sendiri walaupun sederhana. Kehidupan yang sempurna? Ya, dia sudah merasa cukup.

Yang dia keluhkan hanya satu. Desakan orangtuanya untuk cepat menikah lantaran si Adik yang baru saja diterima bekerja sudah siap menikah. Si Adik, berjenis kelamin laki-laki sudah tidak sabar untuk segera menikahi pacarnya. Sedangkan apesnya, Maya nggak pernah berhasil menjalin hubungan spesial (baca pacaran) lebih dari setahun hingga akhirnya Maya memilih jomblo dan fokus di kariernya.

Aha…mirip sekali dengan nasibku. Tetapi aku lebih beruntung karena aku punya Husky. Ketika Maya bercerita, aku hampir berjingkrak-jingkrak lantaran merasa senang ada kawan senasib. Untungnya aku masih tau diri dan memilih untuk menepuk-nepuk punggungnya.

Maya merasa sanggup menjalani semuanya sendirian, seperti selama ini. Dia —sama denganku— beberapa kali dijodohkan dengan pria-pria berkualitas (dengan latar pendidikan minimal s2 dan pekerjaan yang mapan) tapi Maya menolak mentah-mentah karena ngotot ingin menemukan Kekasihnya sendiri. Dia mengeluh, dia merasa dikorbankan lantaran budaya Jawa yang mengatakan tak sopan jika seorang perempuan ‘dilangkahi’ atau didahului menikah oleh adiknya. Dia dipaksa menerima perjodohan demi menjaga harga diri keluarga. Wew… masih ada orangtua sekolot itu?

Faktanya: MASIH!

Maya merasa belum perlu menikah. Karena toh tanpa lelaki, dia bisa hidup. Memang, Maya seorang gadis mandiri yang tak cengeng. Dia bahkan pemegang karate ban hitam. Dia suka naik motor satria FU. Yah, dia memang susah sekali jatuh cinta. Teman-teman kami sudah banyak yang menggendong bayi, undangan pernikahan membanjir, tapi Maya tetap tak bergeming. Dia terlalu menikmati kesendiriannya.

Aku mendadak teringat kata Ayah,”Ayah cuma khawatir kamu terlalu asyik mengejar karier dan lupa sama umurmu.”

Menikah atau tidak, itu pilihan. Termasuk siap atau tidaknya. Aku berani bertaruh, pakdhe-budheku akan berkicau super lama jika mereka tahu niat baikku mengucurkan dana segar untuk resepsi Adikku sementara aku sendiri belum menikah dan masih berpacaran dengan mahasiswa semester satu. Masalah buat Loh?? *gaya Soimah 

Nasibku memang mirip dengan Maya, tapi bukan berarti aku sepemikiran. Aku justru mengkhawatirkan jika perempuan-perempuan seperti Maya makin menjamur, sementara lelaki-lelaki di luar sana masih megharapkan sosok perempuan lengkap dengan sisi lemahnya, yang ingin dilindungi. Sebab, fitrahnya seorang lelaki memang mengayomi. 

Dan kupikir, menikah tanpa persiapan alias berazas cinta semata adalah omong kosong. Komitmen tetap harus dilatih, mulai dari sekarang. Itulah sebabnya aku juga ngotot belum mau menikah, sebab aku merasa belum bisa berhenti bersikap seenaknya. Yah…walaupun aku mulai bisa berhenti boros karena kartu ATMku tersimpan rapi di dompet Husky, walaupun aku sudah tidak lagi ngeluyur sampai dini hari karena takut dimarahi Husky, dan mengurangi pisuhan demi menjadi perempuan yang lebih dewasa dan pantas dijadikan istri.

Okey…kesimpulannya?

Silakan berkomentar :)



Minggu, 12 Februari 2012

Pangeran Es

Di suatu malam minggu, di sebuah sofa biru yang setengah jebol,

Aku mengacak ujung kepala Husky yang mulai dihinggapi warna hitam. Rambut merah pirangnya memudar. Usek-usek....senyum-senyum simpul dan nyeplos "Pacaran sama kamu tuh cobaan banget deh..."

Sontak Husky mengalihkan kepalanya, memandangku dengan marah. Dia tersinggung. "Kok kamu ngomong gitu?"

Aku yang kaget dengan reaksinya mendekat dan mencoba menjelaskan, "Kenapa marah? kata 'cobaan' berkonotasi negatif ya? kamu salah paham. Sekarang coba deh. Seorang pria dikasih harta melimpah, perempuan cantik, dan kekuasaan. Itu sesuatu yang positif, tapi itu berarti cobaan. Cobaan gak cuma berupa sesuatu yang negatif. Bahkan pujian itu sendiri bisa jadi cobaan."

"Aishh....kamu ini. Sekarang kan bukan waktunya nyastra. Kamu sekarang lagi ngomong sama orang biasa. Kamu bilang aku ini cobaan?"

"Iya..seperti yang aku jelaskan. Ah...kamu ini terlalu pragmatis.." dan aku sendiri mungkin terlalu filosofis.. Ah, tidak.. batinku malah ngobrol sendiri.

"Berarti kamu nganggep aku sesuatu yang harus dilalui? Sebuah cobaan ada untuk dilalui, kan??" Nada suara Husky semakin tinggi. Dia setengah membentak.

EAAAA! Aku speechless.  Malas berdebat, akhirnya aku menutup dengan kalimat ,"Ya nggak gitu juga kali.....". Sebenarnya aku ingin menutup dengan sebuah pelukan dan kecupan. Tapi aku sadar aku nggak mungkin melakukannya di depan umum.

Malamnya, Husky SMS. Meminta maaf karena tadi sudah membentak. Well, aku membaca SMS itu pagi hari dan membalasnya dengan SMS panjang. Masih berusaha menjelaskan makna kata 'cobaan' yang kumaksud. Cobaan, karena aku kerapkali memikirkan Husky sepanjang hari. Dimana-pun, kapan-pun. uncontrolled.

Sekarang, pertanyaan Husky yang disertai amarah itu membayangiku. Kemarahannya itu, bentuk perasaan 'tidak terima'nya itu apakah suatu indikasi bahwa dia serius pacaran denganku? Tidak ingin jadi 'sesuatu yang dilalui'. Sepertinya benar seperti itu, dan aku senang.

Sebagai perempuan, aku kerapkali sangsi dengan perasaan Husky. Habisnya, dia tipe cowok cuek yang jarang sekali bilang sayang duluan, atau membicarakan hubungan kami berdua secara serius. Dia hanya akan bercerita tentang aktivitasnya. Bahkan dia tak pernah bilang kangen. Kalau kutanya apa dia pernah kangen, dia akan jawab pernah. 'Tapi nggak perlu bilang.' Arghhhh.....anak ini.....

Dalam membangun sebuah hubungan, kadang kita membutuhkan kalimat-kalimat lugas seperti 'I love You' tapi faktanya nggak semua lelaki bisa mengatakan kalimat-kalimat seperti itu dengan mudah. Seperti ada beban tersendiri semacam rasa malu dan gengsi. Entah ya, kalau para playboy di luar sana mahir mengucapkan cinta dan segala janji manis tentang komitmen tanpa beban. Mungkin karena komitmen bukan sesuatu yang bernilai tinggi di kepala mereka.

Menurutku, lelaki yang seperti ini jauh lebih manis daripada seseorang yang mengucapkan i love you setiap hari. Ini sih opini pribadi. Tak perlu dipusingkan.

Yang jadi masalah adalah ketika lelaki tipe ini berpasangan dengan perempuan haus perhatian. Oke, adalah wajar ketika seorang perempuan menginginkan perhatian lebih. Perempuan terlahir dengan body seksi dan segala keindahannya itu takdir. Perempuan diciptakan untuk menjadi pusat perhatian. Perempuan selalu haus kasih sayang. Benar? jelas benar, sebab produk fashion dan make-up lebih laris daripada kemeja pria.

Perempuan mengagumi perempuan lain yang lebih berkilau, itu wajar. Kalau Anda lelaki, jangan sekali-kali memuji penampilan lelaki lain seperti 'cowok itu keren dan ganteng banget ya.'...Anda bisa di-cap GAY! paling tidak, itulah fakta yang terjadi di lingkungan sekitar saya. Perempuan selalu ingin diperhatikan, apalagi oleh lawan jenis.

Kembali ke bahasan semula, nggak semua perempuan bisa betah membangun hubungan dengan Pangeran Es. Si Perempuan akan kerap merasa tak dihargai, tak disayang, dan bisa jadi merasa dipermainkan padahal Si Pangeran Es tidak bermaksud begitu. Besar kemungkinan Si Pangeran Es hanya tidak tahu harus berbuat apa untuk mengatasi tuan putrinya yang mendadak bawel dan terlihat egois. Jika keberuntungan tidak memihak, omelan panjang Tuan Putri bisa membuat Pangeran Es lelah dan meledak. Mereka akan saling tuding, saling tuduh bahwa pasangan mereka egois, tak ada pengertian. Pertengkaran hebat bisa berujung perpisahan. 

Yah, klise memang, tapi benar adanya bahwa komunikasi adalah kunci. Banyak-banyaklah membaca, menambah kosa kata, agar kita tak lagi merasa sulit untuk mengekspresikan perasaan.

Untuk para perempuan yang mencintai Pangeran Es, banyak-banyaklah belajar memaklumi. Selayaknya gunung es, kasih sayang mereka jauh lebih besar terpendam dalam kedalaman. Untuk para Pangeran Es, nggak ada salahnya belajar bersikap atau berkata lugas. Sekali-kali tak apalah.

Inspired by: Husky
Dedicated for: MyBeloved Dad, yang hampir tak pernah bilang 'sayang' ke anak-anaknya tapi melakukan semua yang terbaik dalam diam.

Seorang cowok bisa memberimu sejuta kata-kata manis. Tapi seorang Pria bisa memberimu satu komitmen tanpa sepatah kata-pun

Senin, 06 Februari 2012

Mempersiapkan Kehilangan


Talk about our future
like we had a clue
Never plan that one day
I'd be losing you

Lagu “The One That Got Away” yang dinyanyikan si Kucing Katty Pery ini sedang repeat mode di playlist winampku. Musiknya sederhana, gebukan drumnya simpel. Tapi liriknya, tepat waktu. 

April 2011, tanpa persiapan apapun, ketika aku sedang merasa sangat bahagia dan berbunga-bunga, saat aku merasa menjadi perempuan paling beruntung di dunia, sebuah musibah besar menimpaku. Tak perlu diceritakan musibah seperti apa, yang jelas membuatku ‘merasa’ sangat kecewa dan kehilangan. Kehilangan Babi. Satu-satunya orang yang tahu lebih banyak tentangku daripada orangtuaku. Satu-satunya orang yang kupercaya dan tempat curhat selain Tuhan tentunya. 

Yang kualami tahun lalu, sepertinya adalah hal yang biasa untuk orang-orang luar biasa di luar sana. Tapi baru pertama kalinya buatku. Bahkan Sembilan tahun lalu, saat sahabatku Haida meninggal dunia, beberapa bulan sebelumnya, Dokter sudah memberitahuku kalau umurnya tak lagi lama. Aku sudah penuh persiapan, mempersiapkan diri untuk kehilangan. Mempersiapkan diri untuk menemaninya di saat dia menutup mata. 

Talk about our future
like we had a clue
Never plan that one day
I'd be losing you

Lirik itu benar adanya. Kita kerapkali terbius dengan rasa bahagia, apalagi jika bicara tentang cinta. Berbicara tentang masa depan, merencanakan banyak hal bersama. Yang tidak direstui orangtua, merencanakan kawin lari, hidup berdua sampai tua. Membangun keluarga dan berbahagia selamanya. Merencanakan karier, merencanakan design rumah sederhana, nama anak, dan anjing-anjing kecil yang manis. Merencanakan mobil yang akan dibeli.

Oke, itulah manusia. Selalu penuh rencana, dan rencana itu yang menyakiti diri sendiri ketika akhirnya kenyataan tak sesuai. 

Never plan that one day
I'd be losing you

Lirik itu benar. Kita jarang sekali merencanakan antisipasi kehilangan. Tapi siapa juga yang bisa menyalahkan. Bahagia itu candu. Ketika merasa bahagia, manusia bisa lupa segalanya. Dan ketika rasa bahagia itu dicabut, manusia terhempas dan kemudian meratap. Habis-habisan. Putus asa. Agar tak terlalu jatuh, mengapa tak kita persiapkan dari sekarang? Kebanyakan orang takut membayangkan kehilangan. Takut bersedih, tapi bukankan kita hidup di dunia? Bukan di khayangan,kan? 

Untuk tetap hidup, kita butuh kesadaran kan?? Banyak orang mengeluh,”Ikhlas itu nggak gampang.” (termasuk aku). Mungkin membuat rencana saat kita kehilangan bisa sedikit membantu. Paling tidak, ketika kehilangan itu terjadi, kita sudah sedikit lebih siap dan lebih mudah ikhlas.

Kalau dalam agama Islam, ada istilah “Innalillahi wa innailaihi rajiun” yang artinya: “Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali”

SEMUAnya itu milik Tuhan. Dan Tuhan berhak mengambilnya kembali. Sewaktu-waktu. Pada intinya memang kita manusia tak punya apa-apa. Tidak pernah punya apa-apa. Bahkan nyawa-pun hanya pinjaman.
Oke, kupikir nggak ada salahnya kita merencanakan kehilangan. Tak perlu spesifik menuliskan bagaimana cara kehilangan itu (karena toh kita tak tahu). Cukup menuliskan beberapa tindakan antisipasi yang akan kita lakukan saat kita kehilang sesuatu atau seseorang yang berharga itu. Misalnya:

-Memaafkan diri sendiri.
-Mendekat pada Tuhan. Sekedar berkunjung ke rumahNya, hanya duduk diam dan curhat.
-Membuat orang lain tersenyum dan merasa berharga. Sekedar mentraktir beberapa anak jalanan untuk makan di restoran mungkin. 

Yah….itu cuma contoh. Sekali lagi, kita cuma perlu mempertahankan kesadaran kita bahwa kita tak punya hak milik apapun di dunia ini. Kita benar-benar tak pernah punya apa-apa. InsyAllah, jika kita tetap sadar dan tak terbuai angan….kita bisa lebih bertanggung jawab dan tegar dalam menjalani hidup.

Special thx for Husky, atas kalimatmu, “Ngapain patah hati lama-lama. Aku nggak terlihat sedih lantas orang bilang aku sebenernya udah nggak sayang lagi? Aku cuma udah ikhlas. Ikhlas karena toh dia juga sebenarnya bukan punyaku.” Kasuistis memang, tapi sekali lagi, tepat waktu.

Ps: kesadaranku menurun. Sudahlah, sampai di sini dulu -___-

Jumat, 03 Februari 2012

This Boy...

Selepas jam 3 sore adalah waktu dimana otakku berhenti saking panasnya. Lelah dan penat dengan pekerjaan kantor yang menumpuk. Melongok ke buku agenda, masih banyak PR untuk besok pagi. Aku masih menyetel musik keras-keras agar tetap terjaga. Beberapa hari ini aku mulai bosan, penat, dan stress. Keluhan yang sangat klise, dan hampir semua manajer di kantorku mengeluhkan hal serupa.

Iseng, aku membuka facebook-ku. Tiba-tiba ada seorang kawan mengirimkan chatbox. Isinya simple:

MBAKKK AQ DPT KERJA BARU

Simple tapi sangat menyentak hanya karena yang melapor dengan nada riang (terindikasi dengan penggunaan Capslock) adalah seorang cowok muda, anak tengah dari enam bersaudara (kalau nggak salah), dan gamers. Yang aku tahu, anak-anak seusianya (notabene belum lulus kuliah) masih minta duit ke orangtua. Tapi anak ini, seringkali melaporkan aktivitasnya: Lagi jaga GameNet nyambi ngeGame-kuliah-ikut kegiatan kampus. Anak ini selalu senang tiap kali tanggal muda, hebohnya nggak kira-kira. 

Aku tahu, kebanyakan gamers itu autis. Kalau udah di depan PC, lupa segalanya. Secara ya Babi itu gamers. Anak ini juga gamers, tapi dia beda. Kalaupun dia menghabiskan waktu di GC, dia memilih jadi operator. Bisa tetep maen, bisa dapat duit. Belum lagi kalau dia jadi panitia event turney. Selalu bersemangat. 

Dan sekarang, anak ini dengan bangganya melapor bahwa dia baru saja diterima di divisi Event Marketing sebuah operator selular yang sedang naik daun. Well, anak ini. Jurusan hukum. Main DOTA jago. Sekarang masuk tim kreatif perusahaan operator selular skala nasional. Padahal dia belum di wisuda. Betapa beruntungnya.

Dia pantas mendapatkannya. Dia pernah mengeluh kurang tidur karena harus jaga GameNet sampai pagi, dan langsung lanjut kuliah. Dia mengeluh, itu wajar. Dia manusia biasa. Ketika anak-anak seumurannya masih senang bergelut di GameNet, maen sampai pagi, bolos kuliah sampai IP anjlok, dia sudah bisa berbangga dengan kemandiriannya.

Oke, Patz, congratz!! Aha, satu keluhanmu yang kuingat, masalah cewek. Kamu belum punya pacar. Kalau perkiraanku sih, Tuhan sedang menyiapkan perempuan baik (bukan sembarang kimcil) untukmu. Perempuan yang memang layak bersanding denganmu. 

Sekali lagi congratz!! Berhasil bikin aku merasa malu gara-gara menyalip karierku. Wkwkwkwkw #JLEB