Kamis, 16 Februari 2012

PERLUKAH KITA MENIKAH?



Apa judul di atas terlalu controversial? Aku nggak bermaksud mengundang FPI untuk datang mengunjungi blog ini. Aku cuma ingin berbagi kisah tentang seorang perempuan selain aku. Silakan simak kisahnya:

Sebut namanya Maya. Dia seorang perempuan energik, manis, dan menarik. Dia tak cantik, tapi lelaki jalang yang menatapnya bisa langsung membayangkan ranjang. Maya tak pernah menghendaki punya wajah seperti itu. Tapi apa boleh buat, dia hanya bisa berpakaian sesopan mungkin agar terhindar dari godaan-godaan kurang ajar. 

Maya seorang pekerja keras. Dia lulus universitas pada usia 21 tahun, dan langsung diterima bekerja di sebuah perusahaan nasional. Tidak sampai setahun, dia sudah diangkat menjadi staff manajer di kantornya. Gajinya melonjak tinggi. Dia sudah bisa mengontrak rumah sendiri walaupun sederhana. Kehidupan yang sempurna? Ya, dia sudah merasa cukup.

Yang dia keluhkan hanya satu. Desakan orangtuanya untuk cepat menikah lantaran si Adik yang baru saja diterima bekerja sudah siap menikah. Si Adik, berjenis kelamin laki-laki sudah tidak sabar untuk segera menikahi pacarnya. Sedangkan apesnya, Maya nggak pernah berhasil menjalin hubungan spesial (baca pacaran) lebih dari setahun hingga akhirnya Maya memilih jomblo dan fokus di kariernya.

Aha…mirip sekali dengan nasibku. Tetapi aku lebih beruntung karena aku punya Husky. Ketika Maya bercerita, aku hampir berjingkrak-jingkrak lantaran merasa senang ada kawan senasib. Untungnya aku masih tau diri dan memilih untuk menepuk-nepuk punggungnya.

Maya merasa sanggup menjalani semuanya sendirian, seperti selama ini. Dia —sama denganku— beberapa kali dijodohkan dengan pria-pria berkualitas (dengan latar pendidikan minimal s2 dan pekerjaan yang mapan) tapi Maya menolak mentah-mentah karena ngotot ingin menemukan Kekasihnya sendiri. Dia mengeluh, dia merasa dikorbankan lantaran budaya Jawa yang mengatakan tak sopan jika seorang perempuan ‘dilangkahi’ atau didahului menikah oleh adiknya. Dia dipaksa menerima perjodohan demi menjaga harga diri keluarga. Wew… masih ada orangtua sekolot itu?

Faktanya: MASIH!

Maya merasa belum perlu menikah. Karena toh tanpa lelaki, dia bisa hidup. Memang, Maya seorang gadis mandiri yang tak cengeng. Dia bahkan pemegang karate ban hitam. Dia suka naik motor satria FU. Yah, dia memang susah sekali jatuh cinta. Teman-teman kami sudah banyak yang menggendong bayi, undangan pernikahan membanjir, tapi Maya tetap tak bergeming. Dia terlalu menikmati kesendiriannya.

Aku mendadak teringat kata Ayah,”Ayah cuma khawatir kamu terlalu asyik mengejar karier dan lupa sama umurmu.”

Menikah atau tidak, itu pilihan. Termasuk siap atau tidaknya. Aku berani bertaruh, pakdhe-budheku akan berkicau super lama jika mereka tahu niat baikku mengucurkan dana segar untuk resepsi Adikku sementara aku sendiri belum menikah dan masih berpacaran dengan mahasiswa semester satu. Masalah buat Loh?? *gaya Soimah 

Nasibku memang mirip dengan Maya, tapi bukan berarti aku sepemikiran. Aku justru mengkhawatirkan jika perempuan-perempuan seperti Maya makin menjamur, sementara lelaki-lelaki di luar sana masih megharapkan sosok perempuan lengkap dengan sisi lemahnya, yang ingin dilindungi. Sebab, fitrahnya seorang lelaki memang mengayomi. 

Dan kupikir, menikah tanpa persiapan alias berazas cinta semata adalah omong kosong. Komitmen tetap harus dilatih, mulai dari sekarang. Itulah sebabnya aku juga ngotot belum mau menikah, sebab aku merasa belum bisa berhenti bersikap seenaknya. Yah…walaupun aku mulai bisa berhenti boros karena kartu ATMku tersimpan rapi di dompet Husky, walaupun aku sudah tidak lagi ngeluyur sampai dini hari karena takut dimarahi Husky, dan mengurangi pisuhan demi menjadi perempuan yang lebih dewasa dan pantas dijadikan istri.

Okey…kesimpulannya?

Silakan berkomentar :)



21 komentar:

  1. Temen mu kenal ke aq wae mbak,xixixixi.. :D

    BalasHapus
  2. Husky siapa itu mbak?
    di perjelas bisa donk :p
    biar pembaca tahu siapa itu tokoh yg ada d'dalam cerita atau dongengnya :'))

    BalasHapus
    Balasan
    1. ada asal usulnya kok di posting sebelumnya ... wkwkwkwkw *biar pada penasaran terus baca

      Hapus
  3. mantap artikele mbak...tuker link mbak,,

    BalasHapus
  4. menikah atau tidak itu pilihan tapi lebih baik menikah untuk menjaga harta dan harga diri ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. setujuh yang ini saya... tp biasanya org yg berprinsip seperti ini susah kalu diajak diskusi menggunakan kaidah agama...

      Hapus
    2. Hehehehe....demi menjaga harta dan harga diri... bisa dijadiin tema diskusi tuh ^^

      Hapus
  5. aku .. aku ..aku melu ngacung
    yang nanya husky , silahkan menikahi husky

    wkwkwkwkw

    BalasHapus
  6. wa iki, nduwurku wis ndaftar

    BalasHapus
  7. Kata teman saya, menikah itu menentramkan. Tapi emang bener kok, dulu banyak teman saya yang kurus kering sekarang jadi berisi karena udah nikah. Baik cowok, maupun cewek. :D

    Ya, itu dari sisi lain saja...

    Ada juga kenalan saya cewek, mandiri, udah mapan, usia 30 tahun. Sekarang kebingungan mo nikah ... :)

    Menurut saya sih, bagi wanita menikah juga mesti liat umur, soalnya wanita punya "expired date". Beneran lho, usia diatas 35 tahun kalo hamil bahaya.

    *eh, kok saya malah ngoceh kepanjangan...

    BalasHapus
    Balasan
    1. setuju kalo ini... yah setidaknya usia 25 itu baru ideal ya...hehehee

      Hapus
  8. klw emang merasa belum pengen menikah atau belum siap menikah, yah jangan dipaksa :)
    menurutku, menikah, bukan ajang coba2..

    BalasHapus
    Balasan
    1. setujuuuuuu banget....tp nikah muda skg mulai jadi trend...iya gk? pernikahan nggak lagi sakral dan perceraian makin jadi sesuatu yg wajar -___-

      Hapus
  9. Menikah denganku....[lagunya kahitna] hehehehehe........ kalo baiknya menikah... nek wes siap...

    BalasHapus