Minggu, 14 Agustus 2011

Mas Tukang Parkir, maaf ya.




Suatu sore di bulan Januari, aku bersama seorang teman-sebut saja si Kriting-menghabiskan waktu senggang dengan menonton film Sherlock Holmes di bioskop XXI. Begitu kami keluar, mendung pekat menyambut. Secara kami nggak mau kehujanan, kami berdua berlarian ke halaman parkir yang terletak di sebelah barat gedung bioskop. Helm milikku masih nangkring manis di tempat semula, tapi helm si kriting telah bergeser ke motor sebelah. Helm merah dengan stiker Emily the strange itu terbelit di spion. Spontan si Kriting melepas belitan helm miliknya dengan tampang tidak bersalah (sebenarnya memang mukanya selalu seperti itu). Lalu tak disangka-sangka, seorang tukang parkir dengan kepala bulat telur yang sedikit mirip Fauzie Baadila datang dan bertanya yang manakah motor kami. Dia ‘mengamankan’ helm merah si Kriting. Oh waw…kami disangka mencuri. Hujan mulai turun dengan deras membuat keadaan menjadi dramatis.

Kami, dengan saran si Kriting akhirnya berteduh di Plat R sambil menunggu si pemilik motor sebelah datang dan mengkonfirmasikan keberadaan si helm merah. Aku sedikit merutuk. Selama hampir dua jam kami makan ayam bakar dan secangkir coklat panas tanpa sedikitpun melepaskan pandangan dari motor kami. Ketika hujan mulai reda, si Kriting memutuskan untuk menyerahkan KTP sebagai jaminan untuk membawa helm merah itu pulang. Aku berpikir itu tindakan yang ngga bagus sama sekali karena dia akan repot bolak-balik untuk mengambil KTPnya.

Akhirnya kami menghampiri tukang parkir dengan badan yang sedikit basah. Mulanya kami meminta baik-baik, meyakinkan bahwa helm merah itu bener-bener milik kami. Kira-kira beginilah obrolan kami,

Tukang Parkir                     : “Kalau ternyata helm ini punya motor sebelah, nanti saya yang disalahin. Ntar saya yang disuruh nuker. “

Si Kriting                               : “Tapi helm itu bneran punya saya,mas. Saya udah nunggu lama banget nih.”

TP                                           : “kami nggak mau ambil resiko,mas. Ntar kami yang rugi. Banyak kehilangan kayak gini, ngaku ambil helm temennya ternyata pencuri.”

Aku                                        : “aha…kalo gitu kami aja yang klaim kehilangan helm. Beres kan,mas? Berarti kami berhak minta tuker ke mas.”

TP                                           : “Nggak bisa donk. Kan helm mbaknya nggak hilang tapi cuma pindah ke motor sebelah.”

Aku dan si Kriting             : “ Nah!!!itu masnya tahu!!!”

Tukang Parkir itu melancarkan kalimat pembelaan lagi. Bla..bla..bla….yang intinya kami nggak bisa ambil helm merah itu sebelum si empunya motor sebelah datang. Aku ngotot minta ganti rugi, toh sama aja kan kami kehilangan helm walau dengan cara yang aneh. Di tengah kericuhan itu, datanglah seorang cowok dengan wajah yang biasa aja, dengan santainya mengeluarkan motor sebelah. Aku, si Kriting memberondongnya dengan pertanyaan, “ Mas yang punya motor ini? Masnya sendirian?Tadi helmnya satu kan? Helm merah yang disana (menunjuk ke tempat pengamanan helm) bukan punya Mas, kan?”. Mas tadi menjawab dengan muka bingung. “ iya..iya..iya..”

Dengan sedikit lega, si Kriting mengambil helm merahnya sementara aku ngomel-ngomel di bawah hujan. Gila aja nunggu berjam-jam buat hal yang sepele kayak begini. Udah ujan, basah, pengen cepet nyampe kontrakan, mandi, ganti baju terus tidur. Aku masih ngomel-ngomel dengan muka jelek ketika si Kriting bilang, “uwis tho..uwis. ayo ndang bali. (udah tho udah…ayo cepet pulang)”. Lalu di perjalanan si Kriting bilang, “ ya kalo ada di posisi mas tukang parkirnya tadi, emang serba salah sih. Dia percaya helm itu punya kita tapi juga khawatir kalau seandainya bukan. Kalau dia nuker juga kan dia rugi. Wes lah..rapopo. (udahlah..gak apa-apa)

Aku berpikir dengan lambat. Iya juga sih. Tukang parkir kerjanya keras gitu, kasihan ujan-ujan. Harga helm kan mahal nggak boleh seratus ribu. Kudu nunggu ada seratus motor yang parkir dulu baru bisa dapet uang segitu. Belum lagi setoran ke Bosnya. Hemmm…Maap ya mas udh ngomel-ngomel. Maklum cewek PMS (alibiii…hhehehe)

Jadi kesimpulannya: kalo kita parkir, sebisa mungkin helm di taruh di jepitan bawah jok biar nggak jatuh dan pindah tempat.

3 komentar:

  1. Ya, kunci sendiri helm-nya biar ndak hilang atau menyusahkah orang lain. Tapi ini cerita kok lama sekali ya, saya malah tidak ingat kalau pas Sherlock Holmes itu musim hujan.

    BalasHapus
  2. iya emang udah lama sekali,bro. saya juga lupa nulisnya kapan. iseng buka folder dan nemu tulisan ini...berharap bisa jadi hiburan aja buat readers laennya :)

    BalasHapus
  3. Yang saya heran, siapa yang naruh helm si kriting di motor orang lain? :D

    BalasHapus