Sabtu, 28 Januari 2012

Seorang Pria yang Setia Pada Perempuan Menyebalkan


Seorang gadis SMU berseragam pramuka duduk di depanku. Dia memotong-motong steak sambil berceloteh,

“Ayahku sepertinya lelah. Kemarin beliau mengeluhkan ibuku yang selalu sibuk dengan kerjaan kantornya setiap pagi sementara Ayahku memasak sarapan.”

Aku menyahut sambil memasukkan sepotong wortel ke mulutku, “Bikin sarapan sendirilah. Kamu sudah terlalu besar untuk selalu dilayani.”

Gadis itu langsung menjawab, “Aku nggak suka sarapan. Tapi Ayah selalu maksa. Dan sepertinya Ayahku sudah benar-benar lelah, dan mengeluh padaku. Di mobil, beliau curhat. Katanya, sikap ibuku terlalu kekanakan dan egois, nggak pernah memikirkan anak-anaknya. Saat makan malam, aku bilang pada Ibuku bahwa dia begitu childis. Ibuku marah-marah, dan aku memutuskan untuk masuk kamar. Aku sungguh nggak habis pikir, Ayahku itu pria yang sangat tinggi harga dirinya, tapi rela memasak setiap pagi. Aku tahu, beliau marah. Beliau suka memukul wajan dengan sangat keras. Tapi cuma sekali, setelah itu sudah.”

“Hmmm….Ayahmu penyabar sekali.” Lanjutku sambil mengiris-ngiris double tenderloinku.

“Aku juga nggak habis pikir, ayahku yang seperti itu menikahi Tuan Putri. Ibuku itu nggak pernah nggak dilayani dan hampir nggak pernah dikritik atau dimarahi kakek-nenekku. Jadi parah banget deh kalau sampai aku mengkritik ibuku dengan bahasaku yang…u know lah..kasar banget. Kadang jengkel, melihat Ayahku melakukan semuanya untuk Ibu. Semua, mulai dari memberikan posisi penting di perusahaan, sampai membangun divisi dan kantor baru khusus untuk Ibu. Dan dengan seenaknya, Ibuku resign, hanya karena masalah sepele. Ayahku terpaksa menahan malu atas sikap Tuan Putri yang manja itu sambil pontang-panting mengurus anak perusahaan yang kacau. Yah…biar gimanapun, dia Ibuku.”

“Hiburlah Ayahmu…” kataku.

“Dan belum lama ini, Ibuku pulang membawa sekantong besar kain-kain mahal. Kamu ngerti, kan? Koleksinya. Ayahku cuma bisa tersenyum kecut. Itu artinya, keuangan keluarga sedang mepet.”

Oke, STOP. Cukup sampai di situ. Obrolan saat makan siang tadi sangat membekas di pikiranku. Ibu Si Gadis SMU itu pernah membuat kesalahan besar , dan sampai saat ini Ayahnya masih saja berlaku baik. Masih begitu penyayang sementara istrinya masih saja belum bisa dewasa. Ya Tuhan, pria itu ciptaanMu yang nyaris sempurna. Sangat berwibawa, penyayang, dan setia.

“Aku pikir, ibuku adalah perempuan paling beruntung di dunia dan ayahku adalah pria paling malang.” tutup Si Gadis.

Aku tersedak, dan nyaris mengamininya. Aku berubah pikiran ketika BB-ku berbunyi. Ada SMS dari ibuku,

“Mbak Ay nggak pulang? Ini Mommy bawa kain macem-macem. Ada yang kotak-kotak juga, siapa tau Mbak Ay ada yang suka.”

Ah….dasar. sikap shopaholicnya belum hilang. Aku mendadak ingat tumpukan kain warna-warni yang belum aku jahitkan di dalam lemari. 

Itu ibuku. Yang sudah lebih dari tiga kali mencoba menjodohkanku dengan anak teman-temannya. Ibuku yang sangat ingin aku bisa hidup tenang di rumah mewah, dengan sopir dan pembantu. 

Itu ibuku. Yang kerapkali membelikanku baju, makanan, yang sama sekali bukan seleraku. 

Biar bagaimanapun, itu ibuku. Aku tahu, setiap orang mencintai dengan cara yang berbeda-beda. Sometimes, cinta memang nggak bisa di logika. Seperti kenapa ada pria yang begitu setia pada seorang perempuan menyebalkan (seperti aku). 

Dedicated for : MyLovelyDad and someone out there

2 komentar: