Senin, 16 Januari 2012

Aku masih Perempuan

Hujaaaaan deras dengan petir menyambar...eh....mendung gelap...ngebuat aku teringat kejadian 1 Januari 2012 lalu.

Aku, Husky [sebab sampai saat ini rambut Naga masih merah, jadi kupanggil dia Husky] dan empat orang kawan kami menembus hujan untuk pulang ke Jogja. Hujan deras, dan mulai gelap. Sampai di jalan magelang, aku dan Husky berpisah dari teman-teman yang lain. Aku mengambil jalan ke kiri. Aku [yang saat itu membonceng di belakang], dengan pedenya bilang,"terus...terus...lurus." padahal aku sudah mulai punya feeling aneh. Jalanan itu terlalu sepi, kanan kiri sawah semua. Kami nyasar.

Di tengah jalan, saat langit sudah benar-benar gelap, aku dan Husky sudah benar-benar basah kuyup, Husky memintaku untuk mengendarai motor. Aku maklum, Husky-ku berkacamata. Jelas nggak akan bisa melihat  di tengah hujan deras dan jalan tanpa penerangan itu. Aku memberanikan diri. Ternyata membonceng Husky lumayan berat, aku susah ngebut.

Aku berusaha bersikap jagoan. Tapi semakin jauh, semakin gelap jalan yang kami lewati, aku semakin takut. Bayangkan!! di kanan kiri kami gelap gulita, nggak ada rumah satupun. Cuma ada cahaya dr Pausku. Aku berani bertaruh kalau kanan kiri kami itu sawah!! Tanganku gemetaran, karena takut. Ya, aku takut gelap dan aku sendiri nggak tahan dinginnya hujan. Saat itu, kami sudah kehujanan lebih dari 3 jam, terhitung sejak berangkat pulang dari temanggung.

Merasa putus asa, aku memutuskan untuk memutar balik. Sepanjang perjalanan, aku nangis. Bener-bener nangis. Membayangkan Husky di belakangku yang basah kuyup, dengan pandangannya yang buram, pasti sangat nggak nyaman untuknya. Aku menangis. Nangis. Kalau bukan karena keidiotanku, mungkin kami sudah sampai di kost, sudah mandi, dan minum minuman hangat.

Ketika nyaris mencapai jalan magelang kembali, Paus [honda beat biru]ku oleng. Aku panik, dan benar saja, ban depan si Paus bocor. Aku tambah nangis. Untungnya mukaku basah karena hujan. Aku nggak bisa mengendalikan Paus, akhirnya Husky turun dan mengambil alih kendali. Dengan kondisi pandangannya yang buram, tapi katanya "Tenang aja, udah sampai di kota. Banyak cahaya, gak apa-apa."

Syukur alhamdulillah, nggak jauh dari situ ada tukang tambal ban. Di situ, Husky baru tahu kalau aku nangis. Aku cuma bisa sesegukan dan bilang, "Maaf....maaf...malah bikin nyasar." aku terus bilang maaf berkali-kali sampai akhirnya Husky mengeluarkan handuknya untuk mengelap air mata campur ingus campur air hujan yang membasahi mukaku.

Aku terus merasa nggak berguna, merasa bersalah, merasa lemah, dan segala macamnya. Aku terus bilang, "Maaf...maaf.." sambil nangis. Husky menepuk-nepukku sambil terus bilang, "Udah tho...santai ayyang....udah nggak apa-apa."

Bener-bener pengalaman gak terlupakan. Aku, dikepung hujan deras yang tajamnya seperti paku, jalanan sepi gelap gulita yang jelas membuatku sesak nafas, ketidakmampuanku membawa Husky secepatnya ke tempat hangat dan aman. Hiks hiks, kalau ingat kejadian itu, rasanya aku bersyukur sekali kami masih hidup. entah apa jadinya kalau aku nekat lewat jalan itu, jalan yang konon katanya banyak perampok kalau malam.


Yah, aku masih perempuan...dan nggak bisa melindungi orang yang kusayang...nggak bisa melindungi secara fisik, jelas T.T

2 komentar: