Jumat, 27 Januari 2012

Menikmati hal-hal kecil untuk asupan energi yang lebih besar


Menikmati hal-hal kecil untuk asupan energi yang lebih besar

Beberapa minggu terakhir, aku menjadi cewek super menyebalkan yang rewelnya minta ampun. Bukan kenapa-kenapa, aku hanya terlalu mengidamkan liburan besar seperti travelling ke Karimun Jawa dan Bali selama seminggu tapi selalu saja ada halangannya. Selain karena perusahaan tempatku bekerja hanya memberikan cuti maksimal 2 hari dalam sekali pengajuan, Husky juga mendadak menjengkelkan karena melarangku travelling sendirian atau bersama kawan-kawan lelakiku. Sikapnya semakin mirip Ayah dan sumpah Demi Tuhan, Ayahku itu pria nomor satu yang paling kucintai di dunia ini.

Semalam, selepas latihan band, Husky membawaku makan di tepian Kali Code. Tepatnya di lesehan Sayyidan. Oke, aku nggak memotret lokasinya sebab aku janji akan ke sana lagi. Suasana asyik, tapi aku gak menikmatinya karena sibuk merengek. Persis seperti anak kecil, menarik-narik celana Husky sambil menyebutkan,”Bonbin, Solo, Pantai, Sekaten, Bali….”

Husky : “Sebut aja terus….”

Aku     : “Keburu aku gila. Udah stress nih…”

Husky : “Hayoo….gak boleh bilang stress….” (beberapa hari sebelumnya Husky memarahiku lantaran aku mengeluh stress. Dia bilang, kata itu bernuansa sangat negatif)

Aku     : “Eh…iya. Aku capeeeeeeek. Capek pikiran.”

Husky  : “Mbok yo kamu nikmatin hal-hal kecil. Misalnya sekarang ini.”

Aku mengabaikan kalimatnya dan terus merengek sampai pulang. Sampai kost, aku mematikan lampu, menyalakan TV dan ketiduran.

Kalimat semalam baru bergaung keras ketika aku bangun tidur. MENIKMATI HAL-HAL KECIL. Awalnya aku merutuk, tau apa Husky tentang tekanan kerja. Dia kan baru semester satu. Belum tahu rasanya mencari uang sendiri untuk makan esok hari. Tapi ketika aku membuka agenda kerjaku dan menemukan Foto Husky zaman SMU, memegang gitar, dan tertawa lebar, aku jadi berpikir ulang. 

Husky benar. Dengan keterbatasan waktuku, seharusnya aku menikmati hal-hal kecil. Sehari sebelumnya, aku mengalami galau pasca meeting. Aku menelpon Ayah, mengeluh, lantas beliau bilang,

“Kalau merasa penat, pergilah. Terlibatlah dalam pembicaraan ringan yang nggak ada kaitannya sama sekali dengan pekerjaan. Kalau Ayah mulai capek dengan tetek bengek Yayasan, Ayah bisa pergi ke pasar hewan dan ngobrol tentang burung, kura-kura. Yang ringan-ringan semacam itu.”

Ah…Ayahku benar. Husky benar.

Aku ingat, semalam, aku sangat menikmati moment kecil. Duduk bersandar ke dinding, membaca buku tentang “Bagaimana Caranya Mengintervensi  Orang” dengan Abraham Lincoln sebagai model. Dalam studio dingin, dan nggak sampai semeter di sampingku, Husky berdiri, membawa gitar abu-abunya. Memetik gitar sambil berteriak-teriak. Dia sedang belajar jadi vocalis. Lagi-lagi, dengan objektifitas seorang butanada, kubilang suara Husky itu asyik. Dengar dan nilailah sendiri, download lagunya di link berikut:


Mungkin orang lain berpikir aku ini gila atau sok pintar. Sebab secara logika, membaca buku di tengah hingar bingar (band Husky adalah sebuah band grunge) adalah perbuatan seorang idiot. Bagaimana bisa berkonsentrasi? Ah, nyatanya aku bisa. Bahkan menikmatinya. Aku nyaman berada di situ. Aku masih ingat, Bab I buku itu mengajarkan agar kita tidak mengkritik orang. 

Hal-hal kecil. Hal-hal sederhana seperti semalam. Terpujilah orang yang mencetuskan ide hastag #Bahagiaitusederhana. Ya, dalam hal-hal sederhana, kerapkali tersembunyi kebahagiaan yang besar. Aku ingat betapa aku sangat senang jika bisa membuat Babi tertawa. Meskipun babi tertawa karena kebodohanku. Aku sangat senang jika dia terpingkal dan menepuk jidatku. 

Aku ingat, aku merasa sangat senang ketika disapa tukang sapu di Benteng Vredeburg, dan diajak mengobrol. Saat itu, aku bersyukur (meskipun sedang sangat bersedih karena bertengkar dengan orangtuaku) tapi nasibku sedikit lebih baik dari Si Tukang Sapu.

Aku ingat, aku merasa sangat senang ketika aku bertemu dengan tukang tambal ban baik hati. Ketika ban depan paus kempes, aku tak punya recehan, dan si Tukang tambal Ban bilang kalau gratis. Dia bilang gratis sambil tersenyum.

Aku ingat, aku merasa sangat senang ketika kura-kuraku yang sebesar telapak tangan Ayah itu terlentang dan nggak bisa bangun.

Aku ingat, aku merasa senang ketika melihat segerombolan cowok muda bertindik bermain dengan seorang bayi yang lucu. 

Ya, kadang hanya dengan melihat saja, kita bisa merasa senang. Hal-hal sederhana, yang ternyata jika kita cermati, membawa energy positif, membahagiakan, dan melepas penat. Logikanya ketika kita merasa bahagia, lelah fisik nggak akan terasa, kan?

Nah, Doaku pagi ini adalah: “Semoga aku diberi ingatan kuat untuk terus mengenang moment-moment sederhana yang menyenangkan itu. Kalaupun akhirnya aku sering lupa, aku berterima kasih pada pencipta blog. Sebab Blog ini akan membantuku merekam semuanya. Merekam pemikiran-pemikiranku saat sedang waras.” 

Specially thx to : MyBelovedDad & MyZaenDeHeroPahlevi :)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar