Kamis, 19 Desember 2013
RESENSI BUKU : Musim Semi Di Paris
Rabu, 11 Desember 2013
Cinta yang universal
Lama nggak menulis tentang Babi. Cowok jangkung manis berkulit putih dengan jumper merah di tahun 2006 lalu sudah banyak berubah. Pacar barunya, seorang gadis nasrani yang suka menggunakan dress manis membuat Babi menjadi cowok stylish dengan brand Hush Puppies. Brand yg tadinya kukira label produk kalung anjing. Hahahaha..,sekarang, Babi menjadi programmer di ibukota, bekerja keras dari pukul enam pagi sampai 9 malam. Workaholic sekali, dan seperti biasa, tanpa keluhan.
Dulu dan sekarang, bagiku, dia masih sama. Ramah dan selalu baik hati. Kami masih bisa bersama, makan dan mengobrol sampai larut. Bedanya, dulu nggak ada kakak Wolverine. Babi bisa akrab dengan lelaki pilihanku sekarang. Lucu, mereka bahkan punya banyak kesamaan selain tubuh jangkung, misalnya kebiasaan 'isik-isik' kaki di kasur kuningku. Mereka sama-sama mengejekku gendut, dan kupikir, mereka sama dewasa dan bijaksananya menghadapi masa lalu.
Kakak Wolverine, sangat bisa memahami alasanku putus dengan Babi. Ia mendukungku yang memilih agama dan Tuhanku. Sikapnya membuat aku semakin jatuh cinta dengan kakak wolverine, pacar yang paling sering menjadi imam sholatku.
Pernah, suatu ketika, kakak wolverine menegurku, "kalau mau boncengan sama Babi nggak apa-apa, Ndut. Aku tahu kok dia cowok baik,". Ia berkata begitu karena melihatku berjalan kaki di samping Babi yang mengendarai mio putihnya. Kami berdua 'berjalan' dari indomaret selatan Tugu Yogyakarta ke angkringan depan kantor pertamina. Aku memilih jalan kaki karena memang berkomitmen gak akan boncengan sm cowok kecuali dalam keadaan terdesak. Kami menghabiskan malam itu dengan ngopi bertiga, membicarakan banyak hal sambil tertawa-tawa.
Begitulah hubungan kami sekarang. Lucu memang. Kami biasa makan malam bersama saat Babi pulang Yogya, kami bisa saling tukar pikiran soal pekerjaan, kakak wolverine bisa konsultasi soal IT, dan banyak lagi. Kondisi ini tak pernah terbayangkan sama sekali.
Butuh waktu bertahun-tahun dan luka dalam untuk bisa menciptakan hubungan baik seperti ini. Aku pernah begitu nekat nge-cheat sahabat Babi (Husky), hanya demi memisahkan diri. Lukai sedalam-dalamnya dan tutup pintu untuk kembali. Kalau tidak begitu, besar kemungkinan kami masih bersama dalam perbedaan yang diam-diam menyakitkan. Aku tahu, tahun itu menjadi tahun yg berat bagi kami. Tapi toh, kini kami bisa berbahagia dengan hidup masing-masing.
Mungkin, inilah yang dimaksud denaan cinta yang universal.....
Minggu, 08 Desember 2013
Inspirasi Senin Pagi
Senin, 02 Desember 2013
One step closer....
Minggu, 24 November 2013
Hello, Komandan!
Morning Monday! Seperti biasa, aku menulis di atas kasur. Di pagi hari. Tema minggu ini adalah tentang Guru Kehidupan, sesuai dengan tugas yg diberikan komunitas Pena Merah demi menjaga semangat menulis antar anggota. (Masih boleh gabung lho)
Agak bingung juga menentukan siapa yang akan kutulis, sebab ada banyak sekali guru kehidupan di duniaku yang kecil ini. Mahaguru? Itu Ayah dan aku sudah sering menulis tentangnya. Finally, aku memilih dia yang kusebut 'Komandan'
Nama akun twitter komandan adalah @karmanmove. Untuk kalian yang mengikuti TL para kurir @sedekahrombongan pasti kenal dia. Yup, dia adalah salah satu komandan di SR. Di sana pula aku mengenalnya, sekitar tahun 2012.
Dia memiliki basic yang unik. Selayaknya mahasiswa seni lulusan Institut Seni Indonesia, kehidupannya dulu nggak jauh dari apa yang disebut orang sebagai maksiat. Baginya, alkohol gak lebih dari bergelas-gelas es teh. Pergaulan ala seniman yang cenderung bebas tak beraturan dan gaya bicara seronok pernah ia jalani. Setidaknya, sisa gaya hidup seperti itu masih sedikit kentara saat kami bertemu.
Ada satu cerita lucu tentang bagaimana dia tetap menggunakan hasil jualanannya (yang waktu itu belum begitu terkenal seperti @sidjibatik sekarang) untuk mabuk dan menyedekahkan sisanya. Di satu malam dia menghabiskan nominal tertentu untuk minuman beralkohol, dan malam selanjutnya bersedekah berkali lipat dari nominal yang ia gunakan utk membeli minuman. Itulah proses. Masa transisi.
Banyak cerita suram yang kudengar dari orang tentang masa lalu komandan, tapi dari situlah aku belajar. Masa lalu yang hampir mirip, membuatku merasa senasib. Setidaknya manusia dari dunia gelap yang kehilangan orientasi akhirat seperti kami masih diberi jalan untuk kembali. Toh komandan sudah membuktikan. Dia bisa seperti sekarang.
Komandan yang sekarang adalah seorang juragan batik dengan sedekah super dahsyat. Mengeluarkan uang puluhan juta demi menolong orang sakit yang bahkan tak ia kenal. Pasti karena itulah bisnisnya berjaya, selain karena dia memang pekerja keras. Semasa muda, dia tidak malu untuk berjualan air mineral di perempatan. Wew, aku belum melakukannya dan aku mengeluh tentang hidup ini??? Astaga aku malu!
Senin, 18 November 2013
DEXTER : dia tampan, dia detektif, dia membunuh demi keadilan
Batang tubuh itu menjadi seonggok daging (para polisi menyebutnya sayuran) yang hanya bisa mengeluarkan bunyi-bunyian seperti lolongan anjing atau kucing. Hih! Imajinasiku yang paling liar mencoba membangun visualisasi atas semua itu dengan susah payah. Maklum, aku selalu menonton film trasher dengan mata tiga perempat tertutup.
Tak sulit bagi Dex untuk bisa menemukan Dr.Danco. Dexter bisa membaca pikiran Dr.Danco karena mereka memiliki dark passenger dalam diri mereka. Sesama predator mengirimkan sinyal yang hanya bisa dibaca oleh predator lain. Mereka saling mengagumi dalam diam, saling berspekulasi atas langkah selanjutnya dari sang kompetitor.
Kupikir, dunia yang suram karena munculnya banyak kriminal ini memang membutuhkan Dexter. Dan Harry, kau memang pahlawan!
Minggu, 10 November 2013
Re-Think : ocehan saat stengah sadar
Sabtu, 09 November 2013
Hukum dan 'Dilarang Miskin'
Hukum dan 'Dilarang Miskin'
Sabtu, 31 Agustus 2013
Pelajaran berharga dr ibu penjual pigura
Beberapa hari yang lalu aku ikut Kakak Wolverine ke tempat pembuatan pigura langganannya. Lama menunggu, kami nyaris putus asa. Jelas, karena yang kami hadapi bukan kios besar beratap tapi gerobak biru tanpa peneduh sedikit pun. Hanya dedaunan yang tak rapat dari pohon sebelah yang melindungi kami dari sengatan matahari. Pukul 1 siang. Yogyakarta membara.
Ketika kami meraih helm dan bermaksud untuk pergi, seorang ibu berpayung menahan langkah kami. Agak gemuk, berkulit legam dengan wajah dihiasi flek hitam. Namun senyumnya ramah, menanyakan keperluan kami dan memperkenalkan diri. Ternyta istri si penjual pigura.
Seperti dihipnotis, aku dan Kakak Wolverine duduk di kursi plastik sederhana di bawah pohon, di pinggir jalan raya yang sangat padat dan berisik, terlibat pembicaraan yang asyik. Bagaimana tidak asyik kalau si ibu berhasil menebak banyak aspek kehidupan kami berdua? Seperti dukun saja. Hahahaha....
'Maaf lho sebelumnya, dirimu itu gampang sekali menangis? Betul? Dan kadang kamu nggak tegaan sampai membantu orang yg sebenarny nggak pantas kamu bantu.' Begitu tanya si ibu padaku. 'dan maaf lagi...kali ini agak privasi...orangtuamu sudah beberapa kali mencoba mengenalkan anak sahabatnya atau anak relasi mereka...yaa...dirimu pasti tahu maksud saya...semacam perjodohan?' Aku tersenyum simpul.
'Sedangkan kamu....ayahmu itu seorang hitler. Ayahmu mendidikmu dg tegas dan tiran. Betul?' Begitu tanya si ibu pada kk wolverine. Aku nggak bisa lagi menahan tawa. Apalagi si ibu kembali menebak ,'wajahmu itu pemalu dan nggak romantis.'
Ahahahaha...lupakan soal tebakan-tebakan yang sebagian besar benar itu. Mungkin si ibu pandai membaca karakter lewat gestur tubuh atau expresi orang. Wallahualam.
Satu yg pasti, gaya bicaranya sangat lugas, diselingi bahasa inggris yang fasih, mengesankan tingkat pendidikan yang tak rendah. Ketika ditanya dulu kuliah dimana, si ibu cuma bilang 'saya cuma kuliah di jalanan'. Obrolan mulai bergulir ke ranah hukum karena si ibu sangat tertarik dengan topik 'kenapa sampai sekarang belum lulus juga'nya kk wolverine. Ya...tentang skripsi yg besar kemungkinan membuka [ralat: membuktikan] borok sebuah instansi pemerintahan.
Kami mulai membahas kasus udin yang hampir kadaluarsa itu, lalu kasus KONI DIY, Idham samawi, srikandi Bantul, implementasi undang-undang dan sedikit tentang dunia hukum Amerika. Aku cuma bisa menonton diskusi seru mereka berdua.
Hari menjelang sore. Sepasang anak muda yang sepertiny mahasiswa tingkat awal berhenti di dekat kami. Salah satu dari dua cowok 'masa kini' itu turun dari sepeda motor...meraih tangan si ibu lalu menciumnya. Yak! Sungkem! Setelah sungkem....si cowok metro itu melesat kembali dengan motor maticnya. Merk terbaru.
See? cowok tadi cuma salah satu pelanggan yang suka order pigura di situ. Awalnya pelanggan...tapi akhirnya berlaku seperti keluarga. Hangat dan tak ada jurang sosial terbentang. Ternyata banyak mahasiswa yang sering datang ke rumah si ibu. Sekedar mengobrol, mengantar oleh-oleh, menjenguk anak-anak mereka. Bahkan ketika bapak masuk rumah sakit, ada seorang mahasiswa UII yang menang lomba karya ilmiah menyerahkan hadiah yang ia dapat untuk biaya berobat. Wow! Subhanallah sekali! Aku terkesan. Si ibu lovable banget sih.....
Di perjalanan pulang aku terlibat percakapan
Kakak Wolverine, 'Aku yakin si ibu tadi berpendidikan tinggi. Keliatan dari gaya bicaranya. Tadi juga si ibu bilang pernah kerja kantoran dan si bapak itu dulu bawahannya.'
Aku menyahut, 'Iya....struktur kalimatnya rapi. Dia juga update berita hukum dan politik. Tapi kenapa akhirnya milih jadi penjual pigura pinggiran gitu ya?'
Kakak Wolverine 'pasti ada alasannya sendiri....'
Aku penasaran ingin tahu....
Ps: setiap manusia hidup dengan sebuah alasan fundamental....apa alasan hidupmu?
Pelajaran berharga dr ibu penjual pigura
Beberapa hari yang lalu aku ikut Kakak Wolverine ke tempat pembuatan pigura langganannya. Lama menunggu, kami nyaris putus asa. Jelas, karena yang kami hadapi bukan kios besar beratap tapi gerobak biru tanpa peneduh sedikit pun. Hanya dedaunan yang tak rapat dari pohon sebelah yang melindungi kami dari sengatan matahari. Pukul 1 siang. Yogyakarta membara.
Ketika kami meraih helm dan bermaksud untuk pergi, seorang ibu berpayung menahan langkah kami. Agak gemuk, berkulit legam dengan wajah dihiasi flek hitam. Namun senyumnya ramah, menanyakan keperluan kami dan memperkenalkan diri. Ternyta istri si penjual pigura.
Seperti dihipnotis, aku dan Kakak Wolverine duduk di kursi plastik sederhana di bawah pohon, di pinggir jalan raya yang sangat padat dan berisik, terlibat pembicaraan yang asyik. Bagaimana tidak asyik kalau si ibu berhasil menebak banyak aspek kehidupan kami berdua? Seperti dukun saja. Hahahaha....
'Maaf lho sebelumnya, dirimu itu gampang sekali menangis? Betul? Dan kadang kamu nggak tegaan sampai membantu orang yg sebenarny nggak pantas kamu bantu.' Begitu tanya si ibu padaku. 'dan maaf lagi...kali ini agak privasi...orangtuamu sudah beberapa kali mencoba mengenalkan anak sahabatnya atau anak relasi mereka...yaa...dirimu pasti tahu maksud saya...semacam perjodohan?' Aku tersenyum simpul.
'Sedangkan kamu....ayahmu itu seorang hitler. Ayahmu mendidikmu dg tegas dan tiran. Betul?' Begitu tanya si ibu pada kk wolverine. Aku nggak bisa lagi menahan tawa. Apalagi si ibu kembali menebak ,'wajahmu itu pemalu dan nggak romantis.'
Ahahahaha...lupakan soal tebakan-tebakan yang sebagian besar benar itu. Mungkin si ibu pandai membaca karakter lewat gestur tubuh atau expresi orang. Wallahualam.
Satu yg pasti, gaya bicaranya sangat lugas, diselingi bahasa inggris yang fasih, mengesankan tingkat pendidikan yang tak rendah. Ketika ditanya dulu kuliah dimana, si ibu cuma bilang 'saya cuma kuliah di jalanan'. Obrolan mulai bergulir ke ranah hukum karena si ibu sangat tertarik dengan topik 'kenapa sampai sekarang belum lulus juga'nya kk wolverine. Ya...tentang skripsi yg besar kemungkinan membuka [ralat: membuktikan] borok sebuah instansi pemerintahan.
Kami mulai membahas kasus udin yang hampir kadaluarsa itu, lalu kasus KONI DIY, Idham samawi, srikandi Bantul, implementasi undang-undang dan sedikit tentang dunia hukum Amerika. Aku cuma bisa menonton diskusi seru mereka berdua.
Hari menjelang sore. Sepasang anak muda yang sepertiny mahasiswa tingkat awal berhenti di dekat kami. Salah satu dari dua cowok 'masa kini' itu turun dari sepeda motor...meraih tangan si ibu lalu menciumnya. Yak! Sungkem! Setelah sungkem....si cowok metro itu melesat kembali dengan motor maticnya. Merk terbaru.
See? cowok tadi cuma salah satu pelanggan yang suka order pigura di situ. Awalnya pelanggan...tapi akhirnya berlaku seperti keluarga. Hangat dan tak ada jurang sosial terbentang. Ternyata banyak mahasiswa yang sering datang ke rumah si ibu. Sekedar mengobrol, mengantar oleh-oleh, menjenguk anak-anak mereka. Bahkan ketika bapak masuk rumah sakit, ada seorang mahasiswa UII yang menang lomba karya ilmiah menyerahkan hadiah yang ia dapat untuk biaya berobat. Wow! Subhanallah sekali! Aku terkesan. Si ibu lovable banget sih.....
Di perjalanan pulang aku terlibat percakapan
Kakak Wolverine, 'Aku yakin si ibu tadi berpendidikan tinggi. Keliatan dari gaya bicaranya. Tadi juga si ibu bilang pernah kerja kantoran dan si bapak itu dulu bawahannya.'
Aku menyahut, 'Iya....struktur kalimatnya rapi. Dia juga update berita hukum dan politik. Tapi kenapa akhirnya milih jadi penjual pigura pinggiran gitu ya?'
Kakak Wolverine 'pasti ada alasannya sendiri....'
Aku penasaran ingin tahu....
Ps: setiap manusia hidup dengan sebuah alasan fundamental....apa alasan hidupmu?
Kamis, 25 Juli 2013
Rahasia Awet Muda
Judul yang kupakai mungkin terdengar klise. Ada dimana-mana, tapi faktanya....semua orang terutama perempuan, tetap mengetikkan kata semacam :jurus, rahasia, awet, muda di kolom mesin pencari google...yah...seolah menjadi tua itu aib...
Mendadak aku teringat sebuah iklan krim 'anti aging' di televisi. Si model dengan senyum centilnya memegang produk sambil bilang 'lawan balik tanda-tanda ketuaan'
Lho??? Lho??? Menjadi tua dan keriput itu kodratnya manusia sebagai ciptaan Tuhan, kan? Sama seperti mahluk hidup lainnya. Hewan san tumbuhan....semuanya melewati kelahiran, belia, dewasa dan matang lalu menua dan mati. Lalu kenapa manusia berusaha melawan takdir?
Minggu, 21 Juli 2013
Segelas coffemint dan memory
Lama tak menulis, lama tak mengarang, walhasil hati dan pikiran berasa random banget. Otak kecilku membeku. Perasaanku campur aduk tak karuan. Tak lezat seperti gado-gado atau salad. Aku mulai mengalami disorientasi dan melankolisme akut.....aih...aih...
Atas dasar itulah, aku melawan kantuk dan beranjak ke kedai kopi terdekat. Aku memesan coffemint tanpa kudapan. Yei! Jangan tanya kenapa... selama bulan puasa, badanku menggemuk dan membuat baju-bajuku seketat bungkus lemper.
Dan....malam ini aku akan menulis sedikit tentang sesuatu bernama memory. Yah....ingatan...kenangan...adalah bagian terpenting dalam hidup. Menurutku seperti itu. Karena sesungguhnya manusia-manusia termasuk kita semua hidup di atas susunan memory yang tertata rapi. Sebagian lagi hidup dengan kekacauan memory, ada penderita skizofrenia dan orang-orang gila di sekitar kita. Begitulah hidup.
Ketika kita berusia 12 tahun, kita hidup dengan serpihan ingatan tentang masa TK, teman-teman SD yg jahil, curah manja orangtua, peluk hangat kakek nenek, kenangan nakal ketika membully atau bahkan dibully. Itulah kita. Diri kita.
Ketika kita berusia 21 tahun, kita menyusun ingatan semasa sekolah menengah. Ada cinta pertama yang membekas di hati, ada cerita patah hati, disisipi kisah konyol tentang kenakalan khas remaja, kebanggaan menjadi mahasiswa baru dan dunia orang dewasa.
Memasuki usia 31 tahun, kita mendekap anak kita sambil bercerita tentang masa yang lalu. Yang lucu. Yang inspiratif. Yang heroik. Yang membanggakan tentunya. Mata bening anak kita berpenjar, meski mungkin ia tak paham dengan ocehan kitaTapi ia tetap mendengarkan.
Nantinya ketika kita menginjak kepala empat, sebagian dari kita akan jadi orangtua yang cerewet. Akan ada banyak kalimat seperti "kalo ayah dulu waktu muda bla...bla..bla..." atau semacam ini "waktu mama kecil dulu bla...bla....bla...." sementara anak kita tertunduk diam lantaran baru saja melakukan kesalahan. Tapi bisa jadi juga, anak kita kelak akan memasang headphone di kepalanya dan melenggang pergi. Cuek. Hahahahahha....
Begitulah. Semuanya menjadi sangat berharga. Kenangan kita adalah hidup kita. Kenangan adalah pelajaran. Memory dipendam dalam kedalaman jiwa dan bisa ditengok sewaktu-waktu saat kita butuh introspeksi.
Ngobrolin soal memory, mendadak aku inget komik-komik jepang favoritku dulu (1995-2000). Ada banyak cerita tentang kapsul waktu. Ketika SD mereka diminta menuliskan rahasia atau impian-impian di selembar kertas. Lalu mereka juga diminta memasukkan barang kesayangan ke dalam kapsul waktu. Yang disebut dengan kapsul waktu adalah benda semacam tong, termos, tumbler, kaleng atau apalah yang bisa memuat gulungan kertas dan pernik-pernik itu. Nantinya, kapsul waktu akan dikubur di dalam tanah dan dibuka bertahun-tahun setelahnya. Seru!
Sekitar tahun 2009, aku dibuat teringat perihal kapsul waktu saat menonton film "Knowing" yang dibintangi Nicholas Cage. Dalam film itu, kapsul waktu dirancang lebih modern dengan kunci elektrik, kapsul itu tidak akan bisa dibuka sebelum waktu yang ditentukan.
Yey....semua itu seru. Menarik dan mengundang tawa. Aku baru saja membuktikannya. Bukan tentang kapsul waktu lho ya...tapi tentang memory masa lalu. Memang dulunya cerita pedih, sekarang menjadi cerita yang terdengar konyol dan menciptakan tawa berkepanjangan. Menyadari bahwa di masa lalu kita begitu naif, konyol atau bahkan tolol memang memicu tawa. Emm....selain rasa syukur karena berhasil melalu itu semua tentunya.
Tahu apa? Tadi sore sahabatku mengingatkan sebuah 'perjuangan' untuk membuat kejutan ulang tahun Husky dua tahun lalu. Memory yang bahkan aku sendiri tak ingat. Semua lantaran kami harus melewati sebuah studio musik barat Bonbin yang notabene Tempat Kejadian Perkara. Kami tertawa tiada henti. Menertawai kekonyolan masa lalu.
Hai readers.....gimana dengan memorimu? Masih kah kau anggap berharga? Atau cuma angin lalu yang tak penting dan layak dilupakan begitu saja?
:3