Minggu, 08 Desember 2013

Inspirasi Senin Pagi



Muda, beda, dan berkarya. Ketiga kata tersebut memang sangat tepat melekat pada diri Khaleili Nungki H, S.E. Lahir di akhir era 80-an, Nungki memiliki kecenderungan yang berbeda dengan anak seusianya. Sejak duduk di Sekolah Dasar, Gadis ini sudah terjun ke dunia wirausaha. Ia menjual apa pun yang bisa menghasilkan uang sendiri. Kemandirian Nungki pastinya menjadi anugrah sekaligus modal tak ternilai untuk masa depan.

Tak selazimnya anak muda, Nungki mengaku jatuh cinta pada batik. Passionnya di dunia bisnis bersinergi dengan kecintaannya pada warisan budaya membulatkan niatnya mendirikan Creative Batik pada tahun 2010. Sejak bangku sekolah, Nungki sudah menghabiskan waktu berjualan pakaian. Memasuki era digital, gadis kelahiran 27 Juli 1989 ini tak mau ketinggalan. Ia merambah bisnis online. Tak disangka, bisnisnya berkembang pesat. 

Dengan modal sebesar Rp 5.000.000,- hasil menabung selama berbisnis online, Nungki membeli peralatan membatik. Perempuan yang tinggal di Selokraman KG III/1069 RT 49/11 , Kotagede, Yogyakarta ini mencoba berbagai macam motif abstrak kontemporer untuk menciptakan keunikan produknya sendiri. Nungki memadukan motif jawa kuno dengan motif-motif abstrak ciptaannya. Untuk urusan warna, ia menggunakan pewarna alami dan sintetis yang diaplikasikan dengan teknik colet. 

Umumnya, kain batik diwarnai dengan sistem celup, kain batik yang sudah diberi motif dan ditutup malam, dicelupkan ke dalam cairan pewarna. Dengan teknik ini,hasil warna yang didapatkan sangat rata karena keseluruhan zat pewarna meresap ke seluruh serat kain. Para pembatik tradisional selalu menggunakan pewarna alami (air rendaman tumbuh-tumbuhan) dengan teknik ini. 

Sementara teknik colet, atau sering juga dikenal sebagai teknik lukis biasa menggunakan pewarna sintetis seperti remasol, naptol, dan indigosol. Kain yang sudah diberi motif menggunakan malam, direntangkan pada spanram. Untuk memgaplikasikan warna, digunakan spon sebagai media. Spons dicelupkan ke larutan pewarna dan disapukan di bagian tertentu. Teknik ini memungkinkan gradasi dan kombinasi warna yang indah. 

Terbukti, hasil eksperimen Nungki banyak diminati masyarakat. Pemilihan warna-warni cerah menjadikan produknya disukai generasi muda. Eksperimen Nungki tak berhenti sampai di situ. Mengingat penggunaan kain batik sangat terbatas, Nungki mencoba membuat produk pakaian jadi. Material katun dan sutra yang sudah disulap menjadi batik cantik, dipotong-potong dan dijahit menjadi kemeja, blaze, blus, sackdress, syal, dan aksesoris. 

Selayaknya dialami pengusaha lain, Nungki dan batik creativenya juga mengalami pasang surut. Di tahun 2012, ketersediaan bahan baku teramat sulit. Pengadaan bahan baku yang seret jelas berdampak langsung pada tahap produksi. Omzet pada tahun itu cenderung merosot. 

Nungki, gadis lajang ini, rupanya sudah terbiasa dengan ritme dunia bisnis yang tak terprediksi. Ujian di tahun 2012 tak membuatnya menyerah dan pasrah. Ia tetap pada impiannya semula. Kegigihannya berbuah  manis. Di awal 2013, keadaan berangsur-angsur membaik. Kegiatan produksi kembali lancar dan omzet terus merangkak naik. 

Saat ini, Creative batik sudah merekrut karyawan sejumlah lima orang dengan kapasitas produksi mencapai 150 pcs per bulan. Dengan sistem promosi offline, berpartisipasi dalam berbagai event tingkat nasional, diimbangi pemasaran online melalui blog www.batikabstrakkontemporer.blogspot.com, Creative Batik sudah menembus pasar internasional. Produk-produknya dipasarkan sampai ke Amerika, Suriname, dan Filiphina. Beberapa galeri di Yogyakarta dan Jakarta telah menjadi pelanggan tetapnya.

Ditanya mengenai omzet rata-rata, Nungki mengaku ia bisa mendapatkan minimal 13 juta setiap bulannya. Untuk meningkatkan penjualan, Nungki melakukan peningkatan kualitas pendukung produk seperti packaging, konsultasi desain dengan konsumen, garansi produk, dan diskon special.

Ditanya mengenai rencana ke depan, Nungki mengaku ingin mengembangkan ragam desain batik sekaligus memperkuat lini pemasaran. Ia tak menampik keinginannya untuk memperbesar kapasitas produksi dan membuat pabrik yang lebih luas lagi sehingga bisa menampung banyak karyawan.

Kehadiran Nungki di ranah perbatikan menjadi angin segar bagi usaha pelesatarian budaya ini. Jiwa dan semangatnya yang masih berkobar akan membuktikan bahwa tradisi bukanlah sesuatu yang identik dengan kaum tua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar