Minggu, 10 November 2013

Re-Think : ocehan saat stengah sadar



Niatnya, pagi ini pengen garap naskah pasca sholat subuh. Tapi apa daya, ribuan huruf di kepala dan dadaku menyesak minta keluar. Wahahaha....semua ini gara-gara lagu baru yang kudapat dari koordinator Divisi Acara @FKY25 (Festival Kesenian Yogyakarta).

David Guetta feat Sia, dengan dua judul yang manis ‘She Wolf’ dan ‘Titanium’. Jadi, yang kulakukan adalah menyalakan netbook hitam dekilku, memasang speaker hibah dari Kakak wolverine, pilih opsi play, dan kembali ngesot ke kasur memeluk guling. Dengan satu tangan memegang Andro si Robot Ijo tentunya. Tweeting donk biar gak dibilang cupu (Opo sih?).

setelah hampir lima kali putaran (cuma ada dua lagu ini di playlistku), aku bangkit dan memutuskan untuk menulis ini:

Tuhan baik. Dia menciptakan pagi untukku merindukanmu. Bukan siang yang hectic ataupun malam yang lelah dengan tingkat kerumitan pikiran tinggi. 

Setiap orang pasti memiliki waktu tertentu untuk merindukan orang-orang yang disayanginya. Aktivitas padat dan tuntutan hidup yang dahsyat membuat waktu kita habis, pikiran terkuras terus menipis. Dunia nggak selembek dahulu, seperti yang kita jalani saat kecil.  Bagi beberapa orang, 24 jam sehari itu kurang. Bagi beberapa orang, waktu beristirahat adalah impian. Bagi beberapa orang, dunia menjadi jahat karena tak memberi jeda waktu untuk bisa meluapkan kerinduan.

Mayoritas orang zaman sekarang memilih untuk hidup praktis. Segalanya dibuat mudah agar mereka tak kehilangan kesempatan mencari uang. Contoh simplenya, mengirimkan undangan pernikahan via Facebook atau broadcast message. Jika zaman dahulu, orang masih mau bersusah payah mengirimkan undangan dari rumah ke rumah atau mengirimkannya via pos, sekarang mulai tampak jarang. Praktis memang, tapi esensinya jelas beda. Tidak ada kontak langsung di sana. 

Seorang kawan pernah nyeletuk, ‘Aku nggak akan datang ke pernikahannya si A. Masih satu kota aja kok ngundangnya pake Fesbuk.’ Ewh...bagaimana kalau banyak orang lain di luar sana yang berpikiran sama seperti kawanku ini?

Semuanya akan jadi berbeda kalau si A meluangkan waktu untuk mengantarkan sendiri undangannya atau minimal mengutus seseorang. Kawanku itu akan merasa lebih dihargai. Dan ketika kawanku merasa dihargai, kawanku akan mengapresiasi pernikahan si A dengan lebih baik lagi. 

Fenomena an-sos mulai merebak di kota-kota besar. Social media yang mendunia melahirkan istilah ‘mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat’ memang benar adanya. Miris ketika melihat beberapa ABG memasuki kedai cookies, duduk bergerombol tapi tak saling ngobrol. Mereka sibuk dengan gadget masing-masing. Yang kemudian terjadi adalah saling tunjuk ke layar gadget satu sama lain.

 Apa ada yg salah? Para orang dewasa sibuk mencari uang demi mencukupi gaya hidup keluarga (bedakan dengan ‘kebutuhan’). Atas nama itu semua, kepraktisan menjadi sesuatu yang bersifat wajib. Teknologi menjadi pondasi. Aktivitas sosial (interaksi langsung) menjadi sesuatu yang rumit dan bertele-tele, bahkan cenderung merepotkan. Ok? Fine! Lalu untuk orang yang beruntung hidup sampai tua (kalau tak mati muda lantaran diabetes atau  serangan jantung) akan merasa kesepian. Karena tak terbiasa bersosial, saat  tua menjelang, mereka kebingungan. Mungkin ini sebabnya, forum-forum keagamaan dibanjiri kaum tua.

Setelah ini semua, tanyakan pada dirimu sendiri. Apa yang akan aku lakukan? Hidup macam apa yang akan aku pilih? 

Berhubung sudah waktunya aku mandi dan kembali bekerja, aku sudahi sampai di sini dulu. Semoga aku masih sempat menulis posting selanjutnya. See u! ^^

2 komentar:

  1. Mungkin suatu saat nikahnya di fesbuk juga.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. ahahahaa....bukan nggak mungkin terjadi... ayo sgera cari solusi...

      Hapus