Niatnya, pagi ini
pengen garap naskah pasca sholat subuh. Tapi apa daya, ribuan huruf di kepala
dan dadaku menyesak minta keluar. Wahahaha....semua ini gara-gara lagu baru
yang kudapat dari koordinator Divisi Acara @FKY25 (Festival Kesenian
Yogyakarta).
David Guetta feat
Sia, dengan dua judul yang manis ‘She Wolf’ dan ‘Titanium’. Jadi, yang
kulakukan adalah menyalakan netbook hitam dekilku, memasang speaker hibah dari Kakak wolverine,
pilih opsi play, dan kembali ngesot ke
kasur memeluk guling. Dengan satu tangan memegang Andro si Robot Ijo tentunya. Tweeting donk biar gak dibilang cupu
(Opo sih?).
setelah hampir lima
kali putaran (cuma ada dua lagu ini di playlistku), aku bangkit dan memutuskan
untuk menulis ini:
Tuhan baik. Dia menciptakan pagi untukku merindukanmu.
Bukan siang yang hectic ataupun malam yang lelah dengan tingkat kerumitan
pikiran tinggi.
Setiap orang pasti
memiliki waktu tertentu untuk merindukan orang-orang yang disayanginya.
Aktivitas padat dan tuntutan hidup yang dahsyat membuat waktu kita habis,
pikiran terkuras terus menipis. Dunia nggak selembek dahulu, seperti yang kita
jalani saat kecil. Bagi beberapa orang,
24 jam sehari itu kurang. Bagi beberapa orang, waktu beristirahat adalah
impian. Bagi beberapa orang, dunia menjadi jahat karena tak memberi jeda waktu
untuk bisa meluapkan kerinduan.
Mayoritas orang
zaman sekarang memilih untuk hidup praktis. Segalanya dibuat mudah agar mereka
tak kehilangan kesempatan mencari uang. Contoh simplenya, mengirimkan undangan
pernikahan via Facebook atau broadcast
message. Jika zaman dahulu, orang masih mau bersusah payah mengirimkan
undangan dari rumah ke rumah atau mengirimkannya via pos, sekarang mulai tampak
jarang. Praktis memang, tapi esensinya jelas beda. Tidak ada kontak langsung di
sana.
Seorang kawan
pernah nyeletuk, ‘Aku nggak akan datang ke pernikahannya si A. Masih satu kota
aja kok ngundangnya pake Fesbuk.’ Ewh...bagaimana kalau banyak orang lain di
luar sana yang berpikiran sama seperti kawanku ini?
Semuanya akan jadi
berbeda kalau si A meluangkan waktu untuk mengantarkan sendiri undangannya atau
minimal mengutus seseorang. Kawanku itu akan merasa lebih dihargai. Dan ketika
kawanku merasa dihargai, kawanku akan mengapresiasi pernikahan si A dengan
lebih baik lagi.
Fenomena an-sos mulai
merebak di kota-kota besar. Social media yang mendunia melahirkan istilah
‘mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat’ memang benar adanya. Miris
ketika melihat beberapa ABG memasuki kedai cookies, duduk bergerombol tapi tak
saling ngobrol. Mereka sibuk dengan gadget masing-masing. Yang kemudian terjadi
adalah saling tunjuk ke layar gadget satu sama lain.
Apa ada yg salah? Para orang dewasa sibuk
mencari uang demi mencukupi gaya hidup keluarga (bedakan dengan ‘kebutuhan’). Atas
nama itu semua, kepraktisan menjadi sesuatu yang bersifat wajib. Teknologi
menjadi pondasi. Aktivitas sosial (interaksi langsung) menjadi sesuatu yang
rumit dan bertele-tele, bahkan cenderung merepotkan. Ok? Fine! Lalu untuk orang
yang beruntung hidup sampai tua (kalau tak mati muda lantaran diabetes
atau serangan jantung) akan merasa
kesepian. Karena tak terbiasa bersosial, saat
tua menjelang, mereka kebingungan. Mungkin ini sebabnya, forum-forum
keagamaan dibanjiri kaum tua.
Setelah ini semua,
tanyakan pada dirimu sendiri. Apa yang akan aku lakukan? Hidup macam apa yang
akan aku pilih?
Berhubung sudah
waktunya aku mandi dan kembali bekerja, aku sudahi sampai di sini dulu. Semoga
aku masih sempat menulis posting selanjutnya. See u! ^^
Mungkin suatu saat nikahnya di fesbuk juga.. :)
BalasHapusahahahaa....bukan nggak mungkin terjadi... ayo sgera cari solusi...
Hapus