Senin, 18 November 2013

DEXTER : dia tampan, dia detektif, dia membunuh demi keadilan

Morning Monday! Yey! Apa aku terlihat ceria dan bahagia? Ya memang, karena semalam aku baru saja menyelesaikan deadline tulisan dan pesanan ilustrasi. Lega? Pasti donk....

Menghadapi layar laptop seharian pasti membuat mual, apalagi jika kau kurang makan. Aku mencari selingan mudah dan murah yang sesua hobi: Membaca. Novel detektif merupakan pilihan tepat. Adrenalin yang terpicu akan menstimulasi otak kerdilku untuk menggerakkan jemari di keyboard. 

Namanya DEXTER. dia TAMPAN. dia DETEKTIF. dia MEMBUNUH demi keadilan. Aku sudah jatuh cinta padanya sejak beberapa tahun lalu, di serial pertamanya. Saat itu, dia adalah seorang ahli yang meneliti bercak dan pola darah di TKP. Novel pertamanya menceritakan pembunuh berantai dan tak terduga, ternyata Dexter lah si pelaku.

Sekarang, novel kedua dari triloginya sudah berada dalam genggaman. Cerita diawali dengan dialog antara Dexter dengan si Dark Passenger. Begitu ia menyebut monster dalam dirinya. Analogi mobil dan pengendara gelap menjadi sangat pas untuk menggambarkan Dexter tampan dan anak manis yang memberikan tumpangan pada Penumpang Gelap. Saat malam merangkak naik, kadang si penumpang gelap mengambil alih kemudi dan memutilasi para penjahat kota Miami.

Korban pertama dalam novel ini adalah MacGregor, seorang agen real estate sekaligus pengidap pedhopilia. Dexter dengan mudah menemukan MacGregor karena para korban (anak-anak mungil tak berdosa) berasal dari rumah-rumah yang dibeli dari real estate yang sama. Setelah cukup bukti, Dexter bekerja serapi mungkin memutilasi si penjahat.

MacGregor hanya santapan pembuka. Tak ada kaitannya dengan penjahat sebelumnya, muncul predator lain, paling tidak begitu cara Dexter  menyebutnya. Predator kali ini disinyalirsebagai mantan narapidana dari El Salvador. Penjahat ini bekerja jauh lebih baik dari si detektif tampan dalam hal mutilasi. 

Si Predator adalah seorang dokter. Dokter bedah. Julukannya Dr.Danco. Ia memutilasi korbannya dengan teknik yang sangat rapi, khas dokter. Tanpa banyak darah mencuat dan membiarkan korbannya tidak mati. Hidup! Korbannya hidup dengan tangan, kaki dipreteli. Hidung dan bibir, lidah, serta kelopak mata tercerabut! Tapi korbannya tidak mati sama sekali. Dr.Danco menyuntikkan banyak sekali obat bius agar 'pasien'nya mati rasa tapi tetap sadar atas apa yang terjadi pada dirinya. Dr.Danco meletakkan cermin besar di samping meja bedah.

Batang tubuh itu menjadi seonggok daging (para polisi menyebutnya sayuran) yang hanya bisa mengeluarkan bunyi-bunyian seperti lolongan anjing atau kucing. Hih! Imajinasiku yang paling liar mencoba membangun visualisasi atas semua itu dengan susah payah. Maklum, aku selalu menonton film trasher dengan mata tiga perempat tertutup.

Dr.Danco bukan penjahat biasa, karena para korbannya adalah mantan rekan sekerjanya di satuan khusus ketentaraan. Ada politik dalam kasus ini. Dan aku, sangat suka. Ini tentang Amerika yang menyewakan tentara khususnya untuk menjadi pembantai! (Politik licik Amerika selalu menarik minatku, terlepas itu cerita fiksi atau dokumenter.)

Tak sulit bagi Dex untuk bisa menemukan Dr.Danco. Dexter bisa membaca pikiran Dr.Danco karena mereka memiliki dark passenger dalam diri mereka. Sesama predator mengirimkan sinyal yang hanya bisa dibaca oleh predator lain. Mereka saling mengagumi dalam diam, saling berspekulasi atas langkah selanjutnya dari sang kompetitor. 

Jujur kubilang, novel ini tidak begitu menjijikkan karena sebagian juga menceritakan usaha Dexter untuk 'menikmati' hidup normal, ditaksir rekan sekerja, menggoda anggota divisi lain, punya pacar yang sudah beranak dua, bertunangan (meski tanpa sengaja), dan berpesta lajang. Dexter tampan dan periang, susah percaya kalau dia menikmati kegiatan mengiris dan memotong tanpa suka darah berceceran. 

Tokoh idolaku di novel ini bukan Dexter, tapi Harry, ayah angkatnya yang sudah meninggal. Seorang polisi. Hanyab Harry lah yang bisa meluruskan Dex. Ia tahu monster dalam diri Dex tidak bisa dilenyapkan, maka Harry melakukan cuci otak sedemikian rupa untuk membuat si Monster tetap tenang dan hidup selayakna manusia biasa. Dex akan tetap membunuh, itu harus. Dan Harry memastikan Dex membunuh orang yang tepat. Para penjahat.....tanpa jejak....

Kupikir, dunia yang suram karena munculnya banyak kriminal ini memang membutuhkan Dexter. Dan Harry, kau memang pahlawan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar