Salah
satu resep hidup bahagia adalah : SELALU BERPIKIRAN POSITIF. Bahasa kerennya
adalah husnudzan terhadap apapun dan siapapun, tak peduli meski terlihat konyol
sekalipun. Nggak gampang memang, bahkan cenderung susah untuk orang-orang
tertentu―seperti
aku―
tapi bukan berarti nggak bisa.
Marilah
kita mulai untuk berpikiran positif, dari hal yang paling dekat. JODOH. Kata
jodoh kerap diidentikkan dengan pasangan dalam pernikahan. Umumnya sih, kalau
pacaran tapi tak sampai menikah, itu bukan jodoh? Benar kah? Anggap saja
begitu.
Halo
kalian yang berusia 20an, ada yang sudah terkena syndrom galau jodoh? Aha, ada
beberapa. Aku salah satunya. Sedikit curhat, adik lelakiku akan menikah bulan
Mei depan dan dia baru saja memegang kepala dan berteriak, “Sialaaaaan....kenapa
bisa sama dia?”. Bukan karena Si Nomor 2 menyesal dengan pilihannya, tapi
karena aku baru saja melakukan pengakuan kalau aku pacaran sama temen
seangkatannya waktu SD. Si Nomor 2 mengucapkan kata ‘sialan’ lebih dari tiga
kali.
Oke,
kembali ke pokok permasalahan. Perkara menikah sudah dibisikkan di telingaku
sejak usiaku menginjak 20tahun, sekitar 3 setengah tahun lalu. Orangtuaku
mengecapku terlalu TUA untuk tetap single dan bergonti-ganti pacar. Parahnya
lagi, aku macarin brondong. Bisa kalian bayangkan betapa tersiksanya hati
orangtuaku ketika melihat anak gadisnya yang sudah bergelar sarjana jalan
bareng mahasiswa? Yang sekarang sih mending, sedang dalam proses menyusun
skripsi. Yang sebelumnya baru semester 3 (bukan karena usia yang memang muda,
tapi lebih karena nunggak sekolah dan pindah kuliah berkali-kali). Kea
sahabatku bahkan sangsi, “Yakin mau nunggu dia? Keburu cintamu menapouse.”
Aku
punya konsep sendiri tentang sebuah pernikahan. Bukan tentang resepsi mewah
atau gaun pengantin yang cantik, aku ingin sesuatu yang lebih street. Sederhana saja, sebab aku lebih
menginginkan kehidupan seru pasca ijab-kabul. Tapi ternyata, konstruksi
masyarakat kita nggak bisa lepas dari keribetan. Segala sesuatunya dibuat
ribet. Padahal, yang sebenarnya menikah tak sampai lima belas menit. Mencari
pasangan yang satu visi denganku, itu sangat sulit.
Suatu
ketika, aku berkenalan dengan adik ipar kawanku. Adit namanya. Pertama ketemu,
aku bisa melihat kecintaannya pada musik grunge. Skinny jeans, kemeja flannel
kotak-kotak merah dan brewok setengah lebat. Usianya ternyata baru 23 tahun dan
dia sudah menikah. Berani sekali? Iya. Kali kedua, kami bertemu di Jakarta. Dia
membawa sekotak keripik pedas ‘BangJack’ untuk diikutkan di pameran. Hahahaha,
cowok manis ini, sayang sudah suami orang #eh
Keberanian
dan kenekatan Adit untuk menikah muda (bukan karena Married By Accident a.k.a
MBA a.k.a Hamil Duluan), di tengah pergaulannya yang nggak bisa dibilang cupu,
membuatku terpesona. Serius, aku nge-fans banget sama Adit! Tambah nge-fans
lagi waktu dia mengajukan komentar-komentar kritis tentang zionisme―yang
aku suka banget―dalam seminar yang kami ikuti. Aih, dia cowok langka dan
sudah ada yang punya. #eh
Intinya,
tipe cowok idealku langka. Itulah kenapa aku menolak menikah dengan Mas Dokter
atau kandidat Master yang kuliah di korea itu. Sisi liar jiwaku masih tertarik
dengan kesan badboy. Badboy dengan pemikiran kritis dan
tanggung jawab yang besar. Dalam konteks ini, bertanggung jawab sama diri
sendiri, keluarga, dan Tuhan. Nah lho, langka buangeeeeet. Kebanyakan badboy identik dengan sampah berotak
pragmatis dan egois. Parahnya lagi, ada tipe badboy yang berasal dari keluarga kaya. Di luar sana bersikap sok
proletar, tapi di rumah seperti maharaja yang minta apa-apa langsung dituruti.
Tak kenal kerja keras.
Sepupuku
sampai heran. Ketika banyak gadis bermimpi menikah dengan dokter yang sudah
mapan, aku malah menolak. Lucu lagi, ayahku yang idealis dan terbiasa hidup
susah itu bahkan membela dan memaklumi Mas Dokter, “Loh nggak apa-apa kalo gaya
hidupnya glamour gitu. Kan dia emang mampu.” Si Nomor 2 membela ayah, “Maklum
kan, kamu tetep anak gadisnya ayah. Mana ada Ayah pengen liat gadisnya susah.”
Tapi kan....
Lupakan.
Lupakan. Intinya, aku belum menikah. Dan masih ada perjalanan ke arah sana.
Entah pendek atau panjang, tapi aku yakin. Jodohku sudah ada di tangan Tuhan.
Kalau aku harus berkali-kali melangkahi orang yang salah, berarti aku masih
bodoh atau masih buta mata hati. Picek mata sih enggak. Tugasku cuma belajar
membaca skenario Tuhan dan mengusahakan yang terbaik. Kakak Wolverine pernah
menghiburku, “Hidupmu sekompleks itu, Tuhan nggak mungkin kan mengirimkan
seorang pendamping yang lemah?” Dan selama masa pencarian itu, aku harus terus
memperbaiki diri. Memperkuat, mencerdaskan, dan memantaskan diri sampai nanti
aku kedatangan pangeran bercelana sobek-sobek naik mio soul, eh salah, pangeran
berkuda yang pemberani.
Satu
lagi, senjata terampuh seorang muslim. DOA. Serius. Nggak berdoa saja Tuhan
sudah memberi banyak sekali barang gratisan. Nyawa, kesempurnaan fisik, cahaya,
otak pintar, kesempatan untuk membuat pilihan, orangtua, teman dan sahabat, dan
banyak hal yang kita dapatkan tanpa perlu mengeluarkan uang sepeser pun.
Katanya sih, Tuhan paling suka ketika hambaNya meminta. Kalau kita nggak
meminta, malah kita terkesan sebagai makhluk sombong. Nah! Berdoa minta jodoh
setiap hari, se-spesifik mungkin. Toh nggak ada yang nggak bisa dilakuin sama
Tuhan. Setelah meminta, tunggu kejutan dariNya.
Untuk sahabat-sahabatku yang galau menikah,
sini sini. Kita berpelukan.
“Tuhan
memberi kado pada kita dengan bungkusan yang tebal dan rumit. Tuhan melihat
proses kita ketika mengelupas lapisan kado satu per satu. Apakah kita bisa
sabar? Apakah kita bisa menikmati & menghargai prosesnya? Dan ketika
akhirnya kita menemukan kado itu, bukan main rasa bahagia yang kita dapatkan.
Akan sangat berbeda kalau Tuhan memberikan hadiah tanpa dibungkus dan
dilemparkan begitu saja.”
Aku suka paragraf terakhir :D
BalasHapussoal kado itu tho? wkwkwk kadoku dilakban berkali" ki....wahahahahaha :))
HapusAku suka badboy dan prnah menganggap remeh lelaki baik2 yg kalem. Bukan krn aq gak suka, tp lbih ke kasian kalo sama aq yg kayak gini. Tapi, akhirnya dpt orang yg kalem jg.. *doweeng :p
BalasHapusKeep positif n supangkatt!! \m/
hyaaaa....akhirnya nggak sama badboy ya? hihihi aku pengennya style rebel tapi hati kalem :3 *still waiting
HapusTipe cwek yang suka badboy, dan aku jadi lelakipun gak tau Badboy itu kaya apa. yang jelas hidup dan berjuang untuk bertahan hidup, menyingkirkan style dan segalanya, demi bertahan hidup. Saat mereka bilang apapun itu, kadang hidup bukan seharusnya tapi idealnya yang sesuai takdir. Tapi takdir jodohku ada dimana? juga gak tahu. yang jelas galau menikah nggak tapi tekanan dari orang sekitar bisa bikin stres juga. yang penting keep smile jangan rapuh di hadapan orang!!
BalasHapus