Aku
baru saja kehilangan. Lebih tepatnya, seseorang menghilang secara sengaja dari
hidupku. Aku tahu, semua ini skenario Tuhan. Aku kerap mendengar kalimat klise
seperti, “Tuhan menyiapkan yang terbaik untukmu” atau “Tuhan memberi yang kau
butuhkan. Bukan sesuatu yang kau inginkan”. Aku percaya kalimat-kalimat itu,
tapi belum meyakininya sampai sebelum hari ini.
Mengharapkan
sebuah keluarga harmonis yang dibangun bersama sang pacar bukanlah tindak
kriminal. Itu wajar. Berharap bisa terus bersama, tumbuh dan bertambah tua
sama-sama adalah impian setiap gadis yang dimabuk cinta. Dimana logika yang
cuma 1:9 itu terbaring koma.
Sayang,
kenyataan tak seindah harapan. Manusia dikaruniai logika agak bisa lebih
menerima realita yang menghantam. Oke, gadis. Saatnya membangunkan logikamu.
Logika sangat diperlukan untuk memperlajari ilmu ikhlas. Serius.
Sahabatku,
Garfiled pernah berkata, “Relationship itu perkara kelas. Ketika salah satu
pasangan naik kelas, pilihannya hanya ada dua: membantu pasangannya akselerasi,
atau berkorban turun kelas. Kalau pasangannya nggak sanggup menjalani proses
itu, saatnya diakhiri.”
Aku
tahu, hidup adalah tentang berjalan maju. Akan sangat tolol kalau memilih
tingal kelas sementara aku punya kesempatan untuk bisa naik kelas dan
mendapatkan pelajaran hidup baru. Di luar sana, bertebaran takdir-takdir Tuhan
yang tak pernah terduga. Tanpa perpisahan ini, tak akan ada pertemuan baru. Orang
baru, pelajaran baru, dan seharusnya membuat kita selangkah lebih dekat pada
Dia Yang Maha Segalanya. Bukankan tujuan dari hidup adalah pulang kepadaNya?
Kalau
kata orang, ikhlas adalah ilmu hidup paling tinggi dan paling susah dipelajari.
Ikhlas adalah mencintai tanpa rasa ingin memiliki. Ikhlas adalah merasa tak
tersakiti saat ditinggalkan. Ikhlas adalah menyadari sepenuhnya bahwa segala
sesuatu yang ada dalam hidup kita adalah titipan yang akan diambil kembali
suatu saat nanti. Proses mencapai kesadaran itulah pelajaran terberat. Manusia
harus melalui beragam kehilangan mulai dari kehilangan barang sepele sampai
kehilangan sesuatu yang sangat bernilai. Ada yang kehilangan kekasih, ada yang
kehilangan kekayaan, ada yang kehilangan orangtua, ada yang kehilangan keharmonisan
rumah tangga, ada yang kehilangan ingatan.
Menghadapi
kehilangan berarti menghadapi rasa hampa, sedih, perih, dan pedih. Air mata
bisa mengalir lebih banyak dari biasanya. Manusiawi. Setiap manusia diberi
logika untuk lebih bisa menerima kenyataan. Mereka diwajibkan berpikir. Setelahnya,
manusia diberikan perasaan untuk meyakini keberadaan Tuhan dibalik semua
kehilangan yang mendera. Ya, ketika pikiran manusia tak bisa lagi berdamai
dengan kenyataan, Tuhan hanya meminta kita yakin. Sesimple itu.
Berpikirlah
bahwa, ‘ada banyak hal yang tak terjangkau akal manusia. Dan di ranah itulah,
tangan Tuhan bekerja.’
Masih
dalam masa berkabung, seseorang datang dalam hidupku. Tak disangka, orang ini
memiliki ingatan tentang masa laluku yang aku sendiri telah lupa. Kami pernah
dekat, lantas hilang tak berkabar dan akhirnya dipertemukan kembali tahun ini,
setelah 10 tahun berlalu. Kondisinya? Jelas sangat jauh berbeda. Selama 10
tahun terakhir, banyak hal yang terjadi dalam hidupnya. Berbagai macam
kehilangan besar membuat dia berubah.
Lalu
muncul pertanyaan. “Mengapa kami tak dipertemukan 10 tahun lalu? Kenapa Tuhan
membuat dia menunggu selama berminggu-minggu tanpa kepastian untuk bertemu?
Kenapa Tuhan mempertemukan kami sekarang?”
Lalu
aku menjawab sendiri, “Mungkin Tuhan tahu, aku membutuhkan kehadirannya saat
ini. Tahun ini. Ketika kepalaku dijejali pertanyaan tentang kekuasaan Tuhan.
Dia lebih dahulu menemukan Tuhan dan tahun ini dia siap berbagi
pengalaman. Tuhan membuktikan.”
Aku sendiri adalah tipe orang yang tak
meyakini konsep ‘kebetulan’. Yah, karena kupikir berbagai macam kebetulan itu
terlalu unik untuk bisa diteorikan dengan cabang ilmu manapun. Terlalu unik,
terlalu misterius.
Tak berselang
lama setelah aku merasa hidupku jauh lebih baik, seseorang datang kepadaku.
Hampir mirip. Seorang gadis, yang ingin berjumpa denganku sejak lama tapi
selalu saja ada halangan. Padahal dia sudah jauh-jauh datang ke Jogja, tapi aku
selalu tak sempat menemuinya. Sampai akhirnya, malam itu, kami bisa bertemu.
Dia bisa menangis di sampingku. Aku bisa mendekapnya dan menceritakan semua
pelajaran hidup yang kudapat sebelumnya. Nah, Tuhan tunjukkan lagi kuasaNya.
Kami, dipertemukan ketika kami saling membutuhkan. Dia membutuhkanku sebagai
tempat curhat, dan aku membutuhkannya sebagai refleksi masa lalu. Semata-mata
agar aku mensyukuri hidupku sekarang. Coba kalau dia menemuiku beberapa waktu
silam, mungkin aku akan menyodorkan satu sloki vodka untuk menyelesaikan
masalahnya. Wahahahaha...
Hidup
ini, ternyata terlalu seru untuk dilewatkan. Menjadi seorang pemikir, mencari
dan mengurai skenario Tuhan lalu menemukan banyak sekali kejutan dariNya adalah
salah satu cara untuk menikmati hidup. Well, aku tak sabar menunggu hari esok
^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar