Rabu, 18 Juli 2012

Mimpi yang Timbul Tenggelam

Beberapa hari yang lalu, ketika aku sibuk mengatur jadwal kerjaku, keplerku bergetar. Sebuah SMS masuk. Dari 'KlienXxxxx'. 

"Mbak....mau jadi talent di filmku nggak?"

Deg! banget! Aku baca ulang untuk memastikan si pengirim (sebab semua klien kantor kuberi tulisan Klien di depan namanya). Oh, mahasiswi sebuah universitas swasta di Jogja. Ngomong-ngomong soal film, itu kan cita-citaku sejak zaman batu. Pokoknya aku pengen bikin film sendiri, perkara menang nggak menang saat festival, aku gak peduli. Dengan penuh perjuangan, karena nggak punya dana banyak, aku bisa menghasilkan 2 film pendek bersama teman-teman. Nagih? pasti donk. Aku jelas kangen sekali suasana ribut saat proses pembuatan script, atau keluhan-keluhan yang terlontar saat take.

Film pendek terakhirku, kubuat tahun 2010 saat KKN. Sudah lama sekali yaaa....so, ketika band Husky, si Joker Jester ditawari bikin video klip sama anak Akindo (klo gak salah) aku langsung sangat antusias dan mengemis-ngemis sama Husky biar boleh ikut proses pra-produksi ataupun waktu produksinya. Bahkan ya, aku menawarkan sejumlah uang sebagai produser. Sayang beribu sayang, aku cuma bisa gigit jari ketika Husky menolak dengan tegas. Alasannya sih, dia nggak akan bisa bersikap profesional kalau ada aku (percaya gk?)

Setelah dibuat kecewa, aku kembali menenggelamkan diri ke pekerjaan. Melupakan mimpi kecilku itu. Cita-cita jadi seorang scriptwriter dan copywriter tertimbun kesibukan kantor yang nggak ada ujung. Yaaa...yaaa....benar-benar lupa sampai ada SMS dari klienku itu tadi. Deg! banget rasanya. Memoriku langsung balik ke beberapa tahun lalu ketika laptop jadulku banyak berisi script film pendek. Huhuhuhu...nangis darah. Apalagi ketika script si klien terkirim ke emailku, membacanya saja hatiku ngilu. Rindu! 

Tuhan baik kali ya mengingatkanku akan mimpi awalku, berkarya utk kebaikan masyarakat. Aku nggak pernah kepikiran bakal dihubungi klien untuk urusan di luar pekerjaan seperti ini. Wew....aku pikir aku belum terlalu tua untuk kembali menekuni hobiku. Aku belum tua. Tentu saja, aku masih 23 tahun. Terima Kasih Tuhanku Yang Maha Baik.

Oke, intinya, God, Trims sudah mengingatkanku akan nilai hidup yang harus aku perjuangkan. Jujur sih, aku sempat bosan dengan pekerjaanku sampai-sampai menghamburkan tabungan untuk menghibur diri. Ternyata hidup tanpa memperjuangkan sesuatu itu hampa. Hidup untuk diri sendiri dan tak berbagi itu tidak membahagiakan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar