Sabtu, 16 Maret 2013

Tuhan dan Naskah CiptaanNya



Aku baru saja kehilangan. Lebih tepatnya, seseorang menghilang secara sengaja dari hidupku. Aku tahu, semua ini skenario Tuhan. Aku kerap mendengar kalimat klise seperti, “Tuhan menyiapkan yang terbaik untukmu” atau “Tuhan memberi yang kau butuhkan. Bukan sesuatu yang kau inginkan”. Aku percaya kalimat-kalimat itu, tapi belum meyakininya sampai sebelum hari ini. 

Mengharapkan sebuah keluarga harmonis yang dibangun bersama sang pacar bukanlah tindak kriminal. Itu wajar. Berharap bisa terus bersama, tumbuh dan bertambah tua sama-sama adalah impian setiap gadis yang dimabuk cinta. Dimana logika yang cuma 1:9 itu terbaring koma. 

Sayang, kenyataan tak seindah harapan. Manusia dikaruniai logika agak bisa lebih menerima realita yang menghantam. Oke, gadis. Saatnya membangunkan logikamu. Logika sangat diperlukan untuk memperlajari ilmu ikhlas. Serius.  

Sahabatku, Garfiled pernah berkata, “Relationship itu perkara kelas. Ketika salah satu pasangan naik kelas, pilihannya hanya ada dua: membantu pasangannya akselerasi, atau berkorban turun kelas. Kalau pasangannya nggak sanggup menjalani proses itu, saatnya diakhiri.”

Aku tahu, hidup adalah tentang berjalan maju. Akan sangat tolol kalau memilih tingal kelas sementara aku punya kesempatan untuk bisa naik kelas dan mendapatkan pelajaran hidup baru. Di luar sana, bertebaran takdir-takdir Tuhan yang tak pernah terduga. Tanpa perpisahan ini, tak akan ada pertemuan baru. Orang baru, pelajaran baru, dan seharusnya membuat kita selangkah lebih dekat pada Dia Yang Maha Segalanya. Bukankan tujuan dari hidup adalah pulang kepadaNya?

Kalau kata orang, ikhlas adalah ilmu hidup paling tinggi dan paling susah dipelajari. Ikhlas adalah mencintai tanpa rasa ingin memiliki. Ikhlas adalah merasa tak tersakiti saat ditinggalkan. Ikhlas adalah menyadari sepenuhnya bahwa segala sesuatu yang ada dalam hidup kita adalah titipan yang akan diambil kembali suatu saat nanti. Proses mencapai kesadaran itulah pelajaran terberat. Manusia harus melalui beragam kehilangan mulai dari kehilangan barang sepele sampai kehilangan sesuatu yang sangat bernilai. Ada yang kehilangan kekasih, ada yang kehilangan kekayaan, ada yang kehilangan orangtua, ada yang kehilangan keharmonisan rumah tangga, ada yang kehilangan ingatan. 

Menghadapi kehilangan berarti menghadapi rasa hampa, sedih, perih, dan pedih. Air mata bisa mengalir lebih banyak dari biasanya. Manusiawi. Setiap manusia diberi logika untuk lebih bisa menerima kenyataan. Mereka diwajibkan berpikir. Setelahnya, manusia diberikan perasaan untuk meyakini keberadaan Tuhan dibalik semua kehilangan yang mendera. Ya, ketika pikiran manusia tak bisa lagi berdamai dengan kenyataan, Tuhan hanya meminta kita yakin. Sesimple itu. 

Berpikirlah bahwa, ‘ada banyak hal yang tak terjangkau akal manusia. Dan di ranah itulah, tangan Tuhan bekerja.’

Masih dalam masa berkabung, seseorang datang dalam hidupku. Tak disangka, orang ini memiliki ingatan tentang masa laluku yang aku sendiri telah lupa. Kami pernah dekat, lantas hilang tak berkabar dan akhirnya dipertemukan kembali tahun ini, setelah 10 tahun berlalu. Kondisinya? Jelas sangat jauh berbeda. Selama 10 tahun terakhir, banyak hal yang terjadi dalam hidupnya. Berbagai macam kehilangan besar membuat dia berubah. 

Lalu muncul pertanyaan. “Mengapa kami tak dipertemukan 10 tahun lalu? Kenapa Tuhan membuat dia menunggu selama berminggu-minggu tanpa kepastian untuk bertemu? Kenapa Tuhan mempertemukan kami sekarang?”

Lalu aku menjawab sendiri, “Mungkin Tuhan tahu, aku membutuhkan kehadirannya saat ini. Tahun ini. Ketika kepalaku dijejali pertanyaan tentang kekuasaan Tuhan. Dia lebih dahulu menemukan Tuhan dan tahun ini dia siap berbagi pengalaman. Tuhan membuktikan.” 

Aku sendiri adalah tipe orang yang tak meyakini konsep ‘kebetulan’. Yah, karena kupikir berbagai macam kebetulan itu terlalu unik untuk bisa diteorikan dengan cabang ilmu manapun. Terlalu unik, terlalu misterius.

Tak berselang lama setelah aku merasa hidupku jauh lebih baik, seseorang datang kepadaku. Hampir mirip. Seorang gadis, yang ingin berjumpa denganku sejak lama tapi selalu saja ada halangan. Padahal dia sudah jauh-jauh datang ke Jogja, tapi aku selalu tak sempat menemuinya. Sampai akhirnya, malam itu, kami bisa bertemu. Dia bisa menangis di sampingku. Aku bisa mendekapnya dan menceritakan semua pelajaran hidup yang kudapat sebelumnya. Nah, Tuhan tunjukkan lagi kuasaNya. Kami, dipertemukan ketika kami saling membutuhkan. Dia membutuhkanku sebagai tempat curhat, dan aku membutuhkannya sebagai refleksi masa lalu. Semata-mata agar aku mensyukuri hidupku sekarang. Coba kalau dia menemuiku beberapa waktu silam, mungkin aku akan menyodorkan satu sloki vodka untuk menyelesaikan masalahnya. Wahahahaha...

Hidup ini, ternyata terlalu seru untuk dilewatkan. Menjadi seorang pemikir, mencari dan mengurai skenario Tuhan lalu menemukan banyak sekali kejutan dariNya adalah salah satu cara untuk menikmati hidup. Well, aku tak sabar menunggu hari esok ^^


Tidak ada komentar:

Posting Komentar